Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

SDM Rendah versus SDM Tinggi di Negara yang Sama

Diperbarui: 16 Agustus 2024   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi SDM | Foto : Pexels.com/by Pawel L

SDM Rendah...

Entah mengapa kening saya selalu mengkerut ketika membaca atau mendengar istilah "SDM Rendah". 

Perbedaan cara berpikir ataupun opini, ternyata mudah menyulut orang untuk menyebut "SDM Rendah". 

Pemberitaan, konten ataupun obrolan yang seharusnya berjalan damai dan baik-baik saja, menjadi arena bertinju kata antar para netizen yang berbeda cara pandang.

Belum lagi, budaya kita yang selama ini sering buang sampah sembarangan, merokok saat berkendara, dan sebagainya, selalu dikaitkan dengan istilah SDM Rendah. 

Penyebutan istilah yang menurut saya cukup arogan, dan bernuansa narsistik, dimana orang yang mengatakan merasa paling hebat, atau bisa juga merasa diri yang paling benar.

Terkadang dalam live sebuah e-commerce, memang ada saja penonton yang komentar terlalu ceplas-ceplos dan agak menyakitkan hati. 

Contoh, "Aneh, bangga banget jual tas KW, tapi ambil cuan dari buyer, buat beli tas ori".

Sontak, pemilik sekaligus host dalam live tersebut emosi, dan menyebut kalimat "ga level dengan SDM Rendah, miskin", dan itu bisa diucap berulang-ulang hingga kurang lebih satu jam.

Kalimat penonton live yang memancing emosi pemilik dan host live, tidak sepenuhnya saya benarkan, karena cara orang mendapatkan penghasilan berbeda-beda. Bila tidak senang, akan lebih baik skip saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline