Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Mempelajari Konsep Kebahagiaan yang Ternyata Sudah Kita Miliki

Diperbarui: 12 Agustus 2021   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bahagia | Foto : Pexels.com/ Andrea Piacquadio

Bagai hadis yang terkenal "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China", barangkali tidak sesuai dengan cara belajar saya. Hal yang saya pelajari malah dari luar barulah kedalam negeri. Mempelajari yang saya maksud, adalah sumber-sumber bacaan dan tontonan saya dari luar negeri.

Menjadi bahagia tanpa duka merupakan hal yang saya impikan. Oleh karena itu, saya pun sangat senang sekali mempelajari gaya hidup minimalis, mindfulness dan gaya hidup zero waste. Banyak manfaat yang saya dapatkan dari ketiga gaya hidup yang menurut saya memiliki kesinambungan.

Dari gaya hidup minimalis, saya semakin belajar untuk mengenal diri saya sendiri, dan tidak mudah terlena untuk kembali konsumtif. Mindfulness mengajak saya untuk fokus, menikmati hidup dan keluar dari rasa burn out dalam pekerjaan. 

Sedangkan gaya hidup zero waste, belum bisa saya terapkan sepenuhnya, namun masih dalam tahap mengurangi sampah seminimal mungkin, karena saya sadari bahwa kita mesti hidup berdampingan alam, supaya tidak terus terjadi bencana alam.

Ketiga gaya hidup tersebut saya pelajari dari buku yang ditulis Fumio Sasaki dan Marie Kondo, pegiat minimalis asal Jepang, kemudian Francine Jay melalui bukunya, Seni Minimalis.

Berlanjut lagi ke YouTuber benua Amerika, yang kebanyakan dari mereka terinspirasi dari Buddha aliran Zen di Jepang, Fumio Sasaki dan Marie Kondo. 

Kemudian berlanjut ke pegiat minimalis dan mindfulness, serta zero waste Indonesia, seperti Muriel Imron, Astri Pudji Lestari, Adjie Santosoputro, dan sebagainya.

Dan mereka pun juga terinspirasi dari orang-orang yang sudah saya sebutkan diatas, termasuk Joshua Fields Millburn dan Ryan Nicodemus, Joshua Becker, serta Leo Babauta.

Bersyukur mengenal ketiga gaya hidup tersebut, akhirnya saya tidak minder untuk mengakui bahwa hal yang saya suka adalah sejarah dan budaya, salah satunya tentang Jawa.

Ketika teman-teman saya sedang suka dengan tren drama dan musik Korea Selatan, dan ada juga dari Amerika dan Eropa, saya sendiri yang malah suka sejarah dan budaya lokal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline