Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Ketika Overthinking Dinikmati sebagai Sebuah Proses Hidup

Diperbarui: 25 Juni 2021   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi untuk mengurangi overthinking, baiknya rehat sejenak atau melakukan aktivitas yang disukai| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Setiap manusia pastinya ada pikiran, namun ada orang yang berpikiran sewajarnya, ada juga yang berlebihan (overthinking). Nah, kalau yang overthinking ini rasa-rasanya perlu dinetralisir dulu pikirannya, supaya tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

Menurut Alodokter, penyebab overthinking karena adanya kekhawatiran yang berlebihan mengenai suatu masalah, baik itu kehidupan sehari-hari, masalah besar ataupun trauma dimasa lalu. Dan dilansir dari Halodoc, overthinking akan semakin membahayakan untuk kesehatan mental bila kekhawatirannya menjadi sebuah sugesti diri. 

Dampaknya untuk mental kita, yakni menghambat aktivitas sehari-hari karena energi kita terkuras untuk khawatir, sulit konsentrasi sehingga menurunkan performa kerja, membuat emosi jadi tidak terkontrol, dan bisa mengalami gangguan kesehatan, seperti kepala demam, nyeri dada, jantung berdebar, sesak nafas, dan gangguan kesehatan lainnya. 

Dari beberapa artikel dikatakan bahwa overthinking adalah sebuah gangguan kesehatan mental. Kalau boleh berpendapat, saya tidak ingin mengatakan bahwa ini sebuah gangguan, melainkan sebuah proses seseorang menjalani kehidupan. 

Setiap manusia pastinya ada saja hal-hal yang memicu dirinya untuk bersikap overthinking. Saya menyadarinya ketika keluarga, teman, dan sahabat ada yang berbagi cerita dengan saya. Wah, ternyata saya tidak sendirian mengalami overthinking, untuk beberapa kejadian, mereka juga pernah mengalami overthinking.

Sepengalaman saya, seseorang bisa bersikap overthinking dikarenakan mungkin sudah stres, ditambah masalah lagi. Atau tidak terbiasa menghadapi masalah, terlalu terpengaruh perkataan ataupun penilaian orang, atau bisa juga karena belum bisa melupakan kenangan buruk (trauma).

Hal pertama yang membuat saya belajar untuk mengendalikan overthinking adalah dari membaca buku Goodbye Things karya Fumio Sasaki. Minimalis yang ditulisnya, tidak hanya menjelaskan tentang barang saja, akan tetapi juga memilah pola pikir, mana kejadian yang perlu dipikirkan, dan mana yang cukup dijalani saja.

Kemudian ada juga buku Sunan Kalijaga karya Achmad Chodjim, yang mengatakan bahwa hidup manusia itu adalah tentang mengendalikan nafsu. Maka itu dalam agama maupun budaya Jawa ada yang namanya puasa. 

Mengendalikan hawa nafsu, termasuk pikiran. Dari berpuasa, kita melatih diri untuk membedakan mana yang perlu kita kendalikan, mana yang perlu kita jalani saja dan percaya Tuhan pasti memberikan yang terbaik.

Ditambah lagi, tontonan di YouTube seperti channelnya Muriel Imron dan Great Mind tentang mindfulness, dakwahnya Cak Nun, dan tontonan lainnya, membuat saya mulai belajar dan melatih diri untuk memilah mana yang perlu dipikirkan dan mana yang cukup dijalani saja. 

Dari melatih diri seperti itu, saya mulai ada rentetan introspeksi diri. Kesulitan yang kita hadapi bisa jadi bukan karena ujian atau cobaan dari Tuhan, melainkan cara Tuhan melatih atau membentuk karakter kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline