Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Upgrade Rasa Cinta dengan Gaya Hidup Minimalis

Diperbarui: 19 Februari 2020   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mencintai diri sendiri dan lingkungan hidup | Foto IDN Times

Rasa cinta tidak melulu pada pasangan dan anak, tapi bisa ke diri sendiri dan lingkungan.

Saya rasa yang kurang dari kita saat ini adalah benar-benar mencintai diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Karena kalau cinta pada pasangan, tentu biasanya pol-polan, apalagi kalau awal pacaran atau menikah, wah, prinsip apapun ku lakukan untukmu pasti terjadi. Rasa cinta pada anak pun biasanya pasti dilakukan dengan sepenuh hati, tapi terkadang sebagai orang tua, kita lupa untuk memperhatikan kesehatan dan masa depan kita sendiri.

Dalam tulisan ini, saya ingin menulis lebih lanjut tentang gaya hidup minimalis, yang pada akhirnya membuat rasa cinta saya terhadap diri sendiri dan lingkungan lebih meningkat.

# Cinta pada diri sendiri

Dulu saya menganggap saya sudah sangat mencintai diri sendiri, namun belakangan saya baru sadar, bahwa ternyata saya belum mencintai diri saya, melainkan memanjakan rasa ego untuk diakui saja.

Saya berdandan dan berpakaian rapi untuk dinilai cantik, saya membeli tas ataupun fashion yang sedang tren supaya dianggap gaul, dan menahan diri untuk tidak mengungkapkan ketidaksetujuan supaya menghindari konflik, tapi habis itu stres sendiri. Hehe.

Ketika saya menjalankan hidup minimalis, saya didorong untuk hanya mengoleksi barang yang benar-benar saya suka saja, termasuk pakaian. Yang saya sisakan dilemari adalah model yang saya sukai dan nyaman dipakai. Pada akhirnya hal tersebut membawa saya untuk berpakaian sesuai dengan selera saya sendiri. Lambat laun, minat saya terhadap tren fashion semakin berkurang. Yang penting saya berpenampilan rapi dan sesuai dengan kondisi, itu sudah cukup.

Nah, dari cara berpakaian tersebut, mulai mempengaruhi cara saya dalam mengemukakan pendapat. Saya tidak lagi malu-malu menyatakan ketidaksetujuan, yang penting dikemukakan secara sopan, semua akan baik-baik saja, saya tidak akan dibenci atau dihindari hanya karena berbeda pendapat. 

Tidak itu saja, kegiatan memilah-milah barang, mana yang perlu saya pakai, simpan sementara dan buang ataupun jual, ternyata berpengaruh pada cara saya menghadapi suatu hal yang kurang saya setujui. Saya memilah mana yang perlu saya kemukakan, dan mana yang tidak perlu saya kemukakan. Ketika ada keputusan rekan kerja yang bisa merugikan saya nantinya, maka saya akan segera kemukakan secara baik-baik, tidak peduli akan terjadi konflik atau tidak. Namun, kalau saya rasa kerugian dari keputusan rekan kerja masih bisa saya handle, maka saya tidak akan mengkonfrontasikan.

Dari kegiatan memilah barang dan mengoleksi barang yang kita sukai saja, ternyata mampu membawa perubahan dalam diri saya. Saya menjadi merasa nyaman dengan diri saya sendiri, dan tidak lagi melakukan sesuatu karena ingin "diakui" oleh orang lain, melainkan, saya mau lakukan sesuatu karena saya ingin.

Dengan saya berpakaian sesuai dengan selera sendiri, saya pun mulai berani untuk mencoba hal-hal baru, karena sudah ada rasa percaya diri yang timbul, seperti menulis ataupun ikut lomba menulis. Walaupun belum pernah memenangkan lomba, tapi kemajuan saya setahap demi setahap dalam belajar menulis sangat saya nikmati. Saya tidak lagi mudah tersinggung ketika ada orang yang mengkritik pekerjaan saya, juga tidak lagi cepat down karena merasa memiliki kekurangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline