Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Berkunjung ke Kota Terlarang Sembari Menjelajahi Sejarah dan Kebudayaan China

Diperbarui: 19 Desember 2019   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Terlarang| Dokumentasi pribadi

Siapa dari Anda yang menyukai sejarah? 

Kalau ya, berarti satu hobi dengan saya. Hehe. Saya paling suka intrik dan strategi perang kerajaan, bagaimana seorang raja bisa menduduki takhta, bagaimana seorang permaisuri bisa mencapai kedudukannya, dan bagaimana suatu negara bagian bisa menguasai negara lainnya, dan masih banyak lagi. 

Walau saya sendiri bukanlah ahli strategi, tapi saya sangat mengagumi keahlian mereka berstrategi, baik itu akhirnya menang ataupun kalah.

Kerajaan China, banyak buku dan film yang menyuguhkan kisah menarik, ada yang sesuai dengan catatan sejarahnya langsung dan ada juga yang di-mix, antara fiksi dan non fiksi sehingga bisa menggugah emosi penonton ataupun pembaca. 

Walaupun begitu, ada pesan moral dan nilai-nilai tertentu yang saya dapatkan, yang paling utama adalah kesabaran menunggu waktu yang tepat. Kalau ini masih dalam proses saya belajar. Hehe.

Tahun 2018 kemarin, saya berkesempatan mengunjungi Kota Terlarang, kemudian berlanjut ke Tembok Besar China.

Karena sering membaca dan menonton tentang kerajaan China, hawa-hawa balik ke zaman baheula sangat terasa. Cuaca saat itu sangat panas sekali, sampai tour guide menawarkan kami untuk berjalan dipinggir Kota Terlarang saja. 

Saya dan adik tidak peduli panas atau tidak, kami ingin menikmati kebudayaan dan sejarah yang selama ini hanya bisa kami saksikan melalui media. Akhirnya keluarga pun mengalah, ikut masuk ke Kota Terlarang.

Foto Presiden pertama RRC, Mao Zedong | Dokumentasi pribadi

Di depan gerbang Kota Terlarang, ada foto Presiden Mao Zedong (baca: Mau Ce Tung), presiden pertama ketika sistem pemerintahan China berubah dari monarki menjadi republik. 

Foto tersebut dipajang sebagai rasa terima kasih rakyat China terhadap Mao Zedong, yang berhasil membawa keselamatan mereka dari kezaliman kerajaan terakhir yang bekerja sama dengan penjajah dan malah membuat rakyat sangat menderita.

Walau negara luar berpendapat sistem pemerintahan mereka yang menganut paham komunis, tidaklah benar, namun rakyat China pada saat itu tidak terlalu ambil pusing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline