"Ya ampun! Masih bayi, ngapain disekolahin?!"
"Kebanyakan duit ya, sampai harus hamburin duit, namanya juga bayi, kaga ngerti apa-apa kali!"
"Udah lah, ajarin sendiri aja juga sudah bisa"- kalau tidak sabar dengan anak, langsung anak diomeli
***
Pemikiran seperti ini sering saya temui, dan saya sendiri pernah punya pemikiran yang sama. Ngapain coba bayi, balita, di sekolahin, ya elah, ajarin sendiri juga bisa keleus.
Pola pikir ini langsung berubah 180 derajat, ketika saya sudah terjun dalam dunia pendidikan untuk anak usia 1-2 tahun (toddler) dan usia 3-4 tahun (kindergarten). Karena awalnya saya tidak mendapatkan pelatihan, saya merasa "duh, orangtua zaman now nih, benar-benar kebanyakan uang", apalagi banyak kan orang dulu yang berhasil dan tetap berpendidikan baik tanpa mesti sekolah dari bayi. Bayi lho bayi!!
Ketika saya mendapatkan training dari kepala sekolah yang baru secara langsung, kemudian hasil training tersebut langsung dipraktikkan dan langsung diarahkan oleh kepala sekolah ketika ada kesalahan, dari sana, saya baru amat sangat menyadari betapa pentingnya pola pendidikan diterapkan sejak dini.
Saya pun akhirnya banyak membaca tentang pola asuh anak, dan sering berdiskusi dengan teman-teman seprofesi, serta kepala sekolah, dan yap, sangat penting bagi anak kalau dididik sejak bayi (kalau bisa).
Berdasarkan penuturan Dra Psi Tisna Chandra, usia 2 bulan, bayi sudah bisa meniru sebenarnya, namun karena momen tersebut sangat kecil, banyak orangtua yang tidak menyadarinya.
Apalagi ketika bayi sudah memulai aktif berbicara, walaupun tidak jelas apa yang sedang disampaikannya, tapi di momen itulah bayi sebenarnya baru belajar dan mengenal dunia.