Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Sudahkah Anda Menikmati Waktu Bersama Orangtua Anda?

Diperbarui: 27 Juni 2019   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Bangkitmedia.com

Artikel ini terinspirasi dari satu rumah sakit. Beberapa waktu lalu, saya menjenguk teman saya yang terserang penyakit DBD. Hari sebelumnya, teman saya bercerita bahwa dia sekamar dengan seorang kakek. Teman saya bertanya pada suster, kakeknya sakit apa, karena terlihat sehat-sehat saja. Susternya hanya tersenyum. Esokan harinya setelah si kakek keluar dari rumah sakit, suster yang kemarin ditanya teman saya, sembari memeriksa tekanan darah dan mengganti infus, menjelaskan bahwa setiap Lebaran, memang banyak orang tua yang dititipkan di rumah sakit ini, karena keluarganya mau berlibur.

Mendengar hal itu, membuat saya berpikir, apakah saya akan melakukan hal tersebut kalau saya sudah memiliki anak?

Saya memiliki seorang ibu dan nenek. Ayah dan kakek saya sudah meninggal.

Ibu saya saat ini terkadang suka tidak konsentrasi pada jawaban saya. Beliau bisa bertanya dua sampai tiga kali. Terkadang rasa kesal pasti ada, tetapi saya selalu diajarkan untuk tidak kurang ajar. Nenek saya sendiri sudah memasuki masa kembali menjadi "anak kecil", harus dibimbing, harus diberitahu pelan-pelan, bahkan terkadang nada kami (sekeluarga) harus sedikit menyentak, agar beliau mau memperhatikan apa yang kami bicarakan.

Greget... itu yang saya rasakan.

Jadi, sebenarnya saya tidak menyalahkan anak-anak yang meninggalkan orang tuanya sementara di rumah sakit tersebut untuk berlibur. Tentu ketika berlibur, pasti jadwal perjalanan agak padat agar bisa mengunjungi berbagai tempat. Apabila orang tua ikut, pasti tempat yang dikunjungi menjadi terbatas, belum lagi kalau orang tua bertingkah mengesalkan, seperti banyak mengatur, marah-marah sendiri, dan sebagainya.

Akan tetapi, sempat melintas tidak dalam pikiran, berapa lama lagi kita bisa menikmati waktu berkumpul dengan orang tua?

Orang yang benar-benar mendukung kita dari kecil, mendidik kita, berkorban untuk kita dari kecil dengan bekerja keras supaya kita sekolah, makan, punya rumah. Rela berantem dengan orang lain, supaya kebutuhan dan kepentingan kita sebagai anak terpenuhi. Orang yang dengan makian kasarnya, membuat kita kuat menghadapi gelombang kehidupan. Kalau kita sedang sedih, mereka pasti membujuk dengan caranya sendiri. Saat terpuruk, kita pasti kembali ke orang tua untuk meminta dukungan. Walaupun kita dibaweli, tapi tetap orang tua turun tangan membantu. 

Apakah hal tersebut bisa ditemukan pada orang lain? Bahkan pasangan kita sendiri, saya rasa, belum tentu sedemikian berkorbannya untuk kita.

Saya bisa berpikir seperti ini, karena rasa kehilangan waktu ayah dan kakek saya meninggal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline