Ketika mendengar kata Personal Branding, apa yang muncul dalam pikiran Anda? Selebgram, Tokoh Politik, Artis atau apapun yang pokoknya sering muncul di media massa ataupun media sosial, misalnya. Kemudian, selain orang-orang yang termasuk influencer, apalagi yang muncul dalam pikiran Anda dalam kata Personal Branding? Rekayasa karakter kah atau semacam sensasi belaka yang kurang lebih, atau bisa juga image yang ditampilkan oleh para selebriti, selebgram ataupun tokoh politik.
Sebut saja Yulia Baltschun, salah seorang diet influencer Indonesia. Anda bisa searching di Instagram ataupun Youtube bila belum mengenalnya. Menurut saya, ia membangun personal brandingnya dengan baik, karena image yang ditampilkannya sebagai influencer yang disiplin, cerdas, tidak asal nyeplos dalam membagikan ilmu pengetahuan tentang diet yang benar, karena semuanya didukung atas penelitian, fakta dan pengalaman pribadi, serta dewasa. Ia selalu mengajar followers-nya untuk selalu mengecek kebenaran suatu informasi, agar tidak tersesat di jalan dan bisa berakibat pembodohan publik.
Image yang ditampilkannya ini selalu diterapkan dari awal muncul sampai sekarang secara konsisten, isi konten Instagram dan Youtube-nya juga memberikan manfaat bagi orang-orang yang mau menurunkan berat badan dengan baik dan benar, dan tidak hanya itu, Yulia Baltschun memberikan bukti dengan foto-foto dirinya yang memiliki body yang bagus dan sehat, artinya apa yang dia sampaikan selama ini tidak hanya teori saja tanpa bukti. Dan yang membuat menarik, ia juga secara tidak langsung mengajarkan para followers-nya yang bisa jadi mayoritas generasi milenial untuk berbahasa Indonesia yang tertata dengan baik, dan sopan.
Awkarin, selebgram satu ini, sudah mengubah betul personal brandingnya, dari selebgram yang penuh sensasi belaka, dengan gaya hidupnya yang tidak sesuai dengan umurnya kala itu, dan gaya berpakaiannya cenderung terbuka, menjadi selebgram yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, berusaha dewasa, percaya pada ramalan zodiak dan mengajak para followersnya untuk berpikiran terbuka dalam memandang hal tabu, namun harus bisa menyikapinya dengan baik.
Bagi para orang tua, selebgram seperti ini agak mengkhawatirkan karena bisa berpengaruh buruk pada anak-anaknya, tapi bagi para generasi muda, selebgram ini seperti wujud imajinasi seusia mereka, cantik, pintar, baik, apa adanya, "bandel", tapi pintar cari duit. Itulah yang diinginkan usia-usia para remaja. Apalagi kata "anjay... anjirr.. *nj*ng" menjadi keseruan tersendiri bagi para remaja. Personal branding yang dibangunnya cukup bermanfaat bagi followersnya karena bisa membangun khayalan mereka ke dalam bentuk nyata.
Dua pribadi yang bertolak belakang, tapi masing-masing memiliki kualitas image yang disukai para followers-nya, dan yang utama personal branding yang mereka bangun memiliki manfaat bagi para followersnya dan memiliki bukti bahwa image yang mereka bangun benar adanya.
Bagaimana dengan kita pribadi? Perlu tidak membangun personal branding itu? Tentu perlu, apalagi di zaman sekarang yang teknologinya canggih, yang diikuti adanya banyak pemberitaan hoax, dan bahkan para netizen akan dengan sangat mudah untuk terpengaruh membagikan berita tersebut tanpa melihat berita tersebut benar atau tidak, kemudian berkomentar, yang terkadang tanpa sopan santun ataupun seperti asal nyeplos yang penting berkomentar, bahkan ada juga yang membawa RAS dalam berkomentar.
Tidak tahukah Anda bahwa media sosial yang Anda miliki itu membentuk persepsi seseorang dalam melihat karakter diri Anda? Misal,di IG story Anda dari pagi sampai malam, Anda menceritakan kesedihan Anda terhadap situasi yang sedang terjadi dalam rumah tangga, awal teman-teman di media sosial Anda akan merasa bersimpati, namun kalau itu terjadi terus-menerus, apa yang akan dipikirkan orang lain? Tukang curhat, itulah yang dipikirkan.
Atau misal, Anda sering berkomentar negatif terhadap suatu post foto selebgram, dengan kata-kata yang kurang sopan, kemudian komentar Anda muncul di feed teman-teman Anda di media sosial? Apa Anda tidak berpikir apa yang akan dipikirkan oleh teman-teman Anda? Dan apa yang mereka katakan dibelakang Anda, ketika Anda sedang tidak muncul dihadapan mereka. Apalagi kalau sampai sudah masuk tahap dituntut oleh selebriti/selebgram yang sudah dikatai, rasa malu pasti terasa sekali. Kecuali kalau memang ingin dikenal dari sensasi negatif, ya, itu beda soal.
Media sosial memang hak pribadi kita dalam menuangkan ide, pikiran, dan pendapat. Tapi akan ada baiknya bila difilter dengan segala isinya. Memang, Anda belum tentu ingin menjadi selebgram ataupun orang terkenal lainnya, tapi rasanya tidak salah konten media sosial kita dibagikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat tanpa menjatuhkan image kita kepada orang lain. Apabila ada komentar ketidaksetujuan, akan lebih baik komentar tersebut diiringi dengan fakta dan kata-kata lebih tertata sopan santunnya, sehingga Anda juga tidak menurunkan kualitas diri Anda hanya untuk memberikan pendapat yang tidak sesuai dengan diri Anda.
Curhat tentang betapa buruknya pekerjaan, curhat tentang jahatnya pasangan kita, atau misal tentang orang tua yang pelit, secara terus-menerus, mungkin dampak yang terasa saat ini Anda tidak akan merasakan, karena tujuan Anda hanya ingin mengeluarkan unek-unek, tapi orang lain yang melihat? Bagaimana pemikiran mereka? Andai Anda tidak peduli, tapi suatu hari apabila itu berpengaruh pada pekerjaan Anda, hubungan Anda dengan pasangan, ataupun turunnya rasa kepercayaan orang lain pada Anda, Anda jangan menyalahkan orang lain atas keadaan buruk yang Anda alami, karena secara tidak langsung konten media sosial Anda yang membentuk image diri Anda.