Lihat ke Halaman Asli

Tentangnya.. Setahun yang Lalu...

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gadis itu dengan tertunduk, mengatakan lirih,"Ku simpan catatan menyakitkan ini jauh di dasar hati.. Tak sempat mengering,karena terus tertoreh kembali dengan sembilu.. Sembilu yang semakin terasa tajam karena melukaiku atas nama persahabatan, persaudaraan, dan kekuatan tekad. Semaikin menoreh luka, karena luka bagiku ternyata kebahagiaan bagi orang2 yang dahulu dekat.. Aku tak hendak meminta mereka setia kepadaku.. Aku hanya ingin mereka mengerti bahwa aku tak ingin mendengar apapun tentangnya..".

Tertunduk kepalanya, menyiratkan kesakitan yang dirasakannya. Lalu dia lanjutkan kalimatnya,"Ku habiskan masa baikku, sampai aku pertaruhkan semua yang kumiliki.. Bahkan kesempatan yang sangat baik, tak ku perhitungkan.. Semua karena aku mencintainya..".

Kalimatnya terhenti hingga kembali terdengar lirih,"semua..karena aku mencintainya..",ulangnya.. Dia angkat mukanya, memandang dengan tatapan terluka, seraya berbisik seolah bertanya pada dirinya sendiri,"Tapi kenapa mereka mengkhianatiku..melecehkan upayaku..melukai kesetiaanku.. dan memandang rendah loyalitasku.. Aku sungguh tak ikhlas atas keringatku yang menetes, kesungguhan yang tak pernah surut, totalitas.. Menyakitkan... Sangat menyakitkan..."

Air matanya memang tak sempat menetes, tetapi kesakitan yang diungkapkannya, benar-benar terasa dalam setiap tekanan kalimatnya, dalam gemetar suaranya, dan tangan yang selalu bertaut saling memberikan kekuatan. Sesaat kemudian dia melanjutkan,"Tapi biarlah.. Aku tak mau terus larut dalam kemarahan, bergerak dalam kegelisahan, berdiam dalam ketidakpuasan, dibungkam paksa, dimatikan rasa dan upaya.."

Dengan gemetar suaranya, menahan semangatnya yang tak per4nah padam, dia bertutur lebih tegas tegar dalam keyakinan,"karena aku tak mau tundukkan kepala tanpa keikhlasan.. Karena aku tak mau surutkan langkah dengan ketidakpahaman.. Karena aku tak ingin kehilangan hati.. Aku tak mau menjadi bukan aku..”.

Sesaat dia angkat mukanya dengan gurat keyakinan yang begitu kuat,”Justru, karena aku cinta.. Justru, karena aku tetap ingin menghormati dengan tulus.. Justru, karena aku tak sanggup berkhianat dengan hatiku.. Ku tinggalkan semua yang ku cintai..”

Dan dengan merdu dia nyanyikan lagu cinta penuh senyum.. Langkahnya seringan awan menemui cintanya yang baru.. Merangkai asa memulai pengabdian tulus.. Entah akankah dia dapatkan tempat indah seperti harapan. Tempat yang menyiapkan keberanian menyuarakan kebenaran. Tempat yang memberikan penghargaan bagi sekecil apapun upaya yang dilakukan. Tempat yang beraura semangat yang tak pernah padam. Dia tahu, tempat itu hanya ada dalam anagan-anagannya. Tetapi jika Allah berkehendak, dia akan ciptakan tempat sedemikian, dalam kerajaan hatinya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline