Lihat ke Halaman Asli

Catatan Perjalanan Seorang Guru (6)

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Bu Nana... ayo dong dengerin hapalan surat At-takwir aku.. udah nambah jumlah ayatnya.. mumpung teman-teman yang lain belum masuk ke sini.. nanti mereka maunya macam-macam...” ucap seorang gadis kecil, dengan gigi ompong dan mata bulat berbinar ceria, disamping meja kerja, di ruanganku... Gadis kecil yang memiliki ciri khas yang lucu, melongok lewat kaca gelap menuju ruang kerjaku, dan menunggu lambaian tanganku tanda kesediaanku menerima kehadirannya. Lucu sekali.. Kerudung kecilnya, ekspresi mukanya, melekat dalam ingatanku..

Siang tadi, setelah membacakan hapalan surat pendeknya dihadapanku, si gadis kecil bertanya mengenai krim pelembab yang aku gunakan. Jadilah obrolan kami berdua layaknya 2 orang perempuan sharring mengenai produk perawatan muka.. Dia sebutkan produk kosmetik yang biasa digunakan oleh bunda nya, dia bertanya alasanku memilih produk menggunakan produk berbeda dengan bundanya, dan dia sampaikan keinginannya kalau sudah dewasa untuk menggunakan sebuah produk kecantikan.. Lucu sekali..Dia melanjutkan topik obrolan kami mengenai lipstik tipis yang aku gunakan.. Dengan fasih dia bertanya,”ko lipstik Bu Nana warnanya putih?” Ketika aku ceritakan bahwa yang aku gunakan adalah lip balm, dia menyambung,”Bundaku pake nya lipgloss warna pink...”. Gadis kecil kelas 2 SD di abad 21 sudah memahami banyak hal mengenai kewanitaan.. Hati kecilku tertawa geli.. Tetapi asyik sekali bercerita dan bercanda dengannya.. Tak lama memang.. karena setelah itu banyak gadis kecil lain yang masuk dan bergabung dengan kami.. Jadilah cerita dengan beragam tema meluncur dari mulut-mulut mungil para gadis kecil.. bahkan salah satu dari mereka, masih bergigi ompong, menyampaikan keinginannya berganti peran.. katanya,”Aku yang jadi bu guru, Bu Nana yang jadi aku...”

Inilah anak-anak dengan dunia polosnya yang bersih belum ternoda. Tak ada persepsi negatif, tak ada prasangka, tak ada keinginan menyakiti.. Semua ada karena hati mereka ada.. Menyentuhnya adalah menyentuh hatinya.. Berbicara dengannya adalah berbicara dengan hatinya..Dan haru menyeruak dihatiku ketika dengan cerianya salah satu diantara mereka mendaratkan tangannya dibahuku, dan seorang lainnya mengikuti.. dan jadilah kami mengobrol dengan 2 gadis kecil memijati punggung dan tanganku, sementara yang lain berebut cerita.. Hari cerah.. hati ceria.. bersama para gadis kecil sholihah kesayangan Allah... (Untuk para gadis kecil ku yang senang bernyanyi, menari, dan mengaji...)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline