[caption id="attachment_89795" align="aligncenter" width="600" caption="Thesis Submission (courtesy: Jorge Cham)"][/caption]
Setelah melewati tahapan-tahapan dari proposal, data analisis dan writing,...akhirnya seorang PhD student sampai juga ke tahap akhir, yaitu thesis submission. Nah, berbeda dengan stage-stage sebelumnya, kali ini ada beberapa symptom yang muncul menjelang ‘ketok palu’ untuk submission. Pssstt...ini berdasarkan observasi dan wawancara, yang kemudian di interpretasikan berdasarkan pengalaman pribadi. Walaupun memakai metode yang tidak jelas dan tidak bisa dijadikan acuan secara akademik, tapi setidaknya bisa mewakili kondisi (ngawur) yang dialami seorang PhD student disaat-saat menjelang submission.
1. Diare alias Diarrhea
Ini diakibatkan mengkonsumsi kopi secara berlebihan dan menganjal perut hanya dengan mi atau apa saja yang bisa dimakan. Biasanya gejala ini juga dibarengi dengan mood yang berubah-rubah layaknya cuaca. Kadang cerah ceria, namun bisa saja secara tiba-tiba mendung dengan awan gelap dibarengi petir. Yang parahnya jika dibarengi dengan hujan (air mata) yang bisa mengakibatkan banjir diatas kertas-kertas kerjaan. Dalam situasi seperti ini, sangat disarankan bagi orang-orang yang berada disekitar untuk tidak menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan submission, seperti ,”Kapan jadinya submit?” atau “udah submit ya?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa berdampak langsung pada perut. Biasanya akan terasa mules-mules dan pengen ke toilet.
2. Dehidrasi
Nah, yang satu ini lain lagi. Dehidrasi disebabkan karena terlalu banyak menguras air mata. Perasaan mellow dan super duper sensitif biasanya lebih banyak hadir. Apalagi kalo semua pada nanyain kapan mau submit, aduh, mata langsung berkaca-kaca deh. Bukannya kenapa-kenapa, tapi itu adalah pertanyaan yang sangat sensitif karena tidak tahu kapan tepatnya tanggal submission. Apalagi kalo dibarengi dengan beasiswa sudah mau habis, visa tinggal 1 bulan dan tabungan sudah menipis, wah dijamin deh pertanyaan ini bakal menguras air mata.
[caption id="attachment_89796" align="aligncenter" width="600" caption="Thesis Submission2 (courtesy: Jorge Cham)"]
[/caption]
3. Insomnia
Insomnia terjadi akibat mantengin computer menunggu-nunggu email dari pembimbing, tentang approval kapan bisa submission. Tak jarang volume laptop atau PC diputer sampe maksimal agar email yang masuk saat ‘pop-up’ terdengar. Insomnia ini juga dikarenakan disorientasi waktu. Biasanya perbedaan waktu dengan pembimbing yang entah berada dibelahan dunia mana menjaga mata tetap melek karena takut ketiduran saat email masuk. Belum lagi, kalo sipembimbing membalas email dengan tanda seru berwarna merah yang artinya highly important alias harus dibales secepatnya. Nah, insomnia ini juga berakibat konsumsi kopi bertambah untuk menjaga mata tetap terbuka.
4. Parno alias Paranoia
Gejala yang satu ini biasanya dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Yang pertama adalah parno akibat takut ketemu orang-orang, karena takut ditanyain kapan submit dan juga takut dimintai traktiran. Maklum, wajah-wajah PhD student dengan mata merah, rambut acak-acakan dan lupa kapan mandi terakhir ini, layaknya zombie, sangat menunggu-nunggu acara traktiran, sehingga bisa mendapatkan makanan yang layak. Yang kedua adalah parno akibat takut jangan-jangan ada yang melakukan penelitian yang sama dibelahan dunia sana, atau teori yang digunakan tahunya sudah diperbarui, sehingga otomatis pekerjaan yang ada harus direvisi lagi. Revisi berarti, berkubang kembali dengan literature dan data, bertambah lagi malam-malam tanpa tidur, mengkonsumsi hanya kopi, mi dan biskuit, serta situasi yang lebih parah adalah kembali bayar uang kuliah dan memperpanjang visa, sementara kondisi financial sudah empot-empotan.
5. Histeria alias hysteria
Jika sudah mencapai titik histeria, berarti ada dua hal. Pertama histeria karena akhirnya di setujui untuk submit dan yang kedua hysteria karena harus kembali ke realita. Nah histeria yang kedua ini yang biasanya akan berkepanjangan akibat memikirkan kembali ke dunia nyata berarti harus mencari kerja. Nah, biasanya sebagian melanjutkan riset akan berjuang mencari post-doctoral atau posisi sebagai researcher. Sementara yang lainnya akan mencari posisi di industri. Histeria akan semakin menggila kalau lamaran yang berpuluh-puluh banyaknya itu belum nyantol juga.
[caption id="attachment_89797" align="aligncenter" width="600" caption="Thesis Submission3 (courtesy: Jorge Cham)"] [/caption]
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahapan untuk submission pun banyak hal yang patut diwaspadai. Jadi wajar sekali, pada saat seorang PhD student selesai submit dan sidang, serta berhak menyandang gelar PhD, terjadi beberapa ‘kerusakan’, baik itu secara fisik atau mental. Ini bisa dilihat pada kondisi tubuh yang kurus, rambut yang semakin menipis, kacamata bertambah tebal, suka lupa banyak hal, sakit maag dan migren, dan sebagainya. Jadi harap dimaklumi jika berkesempatan berdiskusi dengan mereka, beberapa waktu setelah submission, anda akan menemukan orang-orang yang suka telmi, maklum masih dalam kondisi rehabilitasi. Jadi harap bersabar menunggu proses kembali menjadi ‘manusia normal’.
Catt: note ini jangan dijadikan referensi ya, maklum yang nulis juga sedang berusaha kembali ke kehidupan normal,...:-D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H