Lihat ke Halaman Asli

Nur Azizah

Mahasiswa

Fenomena Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja

Diperbarui: 16 Mei 2023   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia adalah makhluk sosial. Kalimat itu sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Pada kenyataannya, manusia memang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain, entah secara langsung atau tidak. Dalam kesehariannya, manusia tidak lepas untuk saling berinteraksi atau berkomunikasi antar sesamanya. Komunikasi ini diperlukan untuk menyampaikan maksud yang dituju. Bahasa menjadi perantara yang digunakan untuk mengekspresikan apa yang kita inginkan.

Era industri 4.0 membawa banyak sekali perubahan dalam hidup kita termasuk dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan arus teknologi yang pesat membuat kita semakin lebih mudah melakukan komunikasi dan interaksi dengan sesama, misalnya lewat media sosial. Sebut saja instagram, twitter, facebook, dan whatsapp. Penggunaan media sosial tersebut seolah menjadi lumrah dan menjadi sebuah kebutuhan. Nyaris setiap hari, sebagian besar orang pasti akan meluangkan waktunya untuk mengakses media sosial.

Dilansir dari We Are Social, ada sebanyak 4.62 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia pada tahun 2022. Sedangkan di Indonesia, terdapat 277,7 pengguna media sosial pada Januari 2022. Angka yang sangat fantastis dan bisa disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat memang sangat sering mengakses media sosial. Tujuannya pun tentu beragam, mulai dari hiburan seperti bermain game, berkomunikasi, membaca berita, dll.

Dalam hal berkomunikasi, muncul banyak varian bahasa yang digunakan. Hal ini tentu dikarenakan karena banyak faktor seperti perbedaan bahasa setiap daerah, usia, pekerjaan, dan status sosial pengguna media sosial yang beragam. Banyak remaja dan dewasa muda yang mendominasi penggunaan media sosial misalnya di twitter atau tiktok. Dominasi mereka juga memunculkan tren yang baru salah satunya terkait penggunaan bahasa gaul.

Bahasa gaul ini sudah seperti menjadi semacam kode ketika berkomunikasi di media sosial. Ambil saja contohnya di platform twitter. Banyak istilah-istilah baru yang bermunculan. Misal saja salah satu yang sering digunakan yaitu "mleyot". Kata ini biasanya digunakan merujuk pada ekspresi kesukaan ketika melihat seseorang atau sesuatu secara berlebihan sampai rasanya lemas tidak bisa berkata apapun. Padahal kata ini tidak ada sama sekali dalam KBBI.

Beberapa contoh lainnya adalah kata "jujurly", yang sesungguhnya disadur dari kata bahasa inggris "honestly," namun ketika diterjemahkan imbuhan -ly tetap dibawa. Lagi, kata inipun tidak tercantum sama sekali di KBBI. Selain kata-kata di atas, masih ada beberapa kata lain seperti singkatan. Salah satu yang populer belakangan adalah YTTA dan TBL. YTTA ini merupakan singkatan dari "Yang Tau-Tau Aja." Biasanya dipakai dalam situasi ketika tidak banyak orang yang tahu. Entah kenapa terasa jadi seperti menunjukkan ke-eksklusifan karena hanya segelintir atau sekelompok orang saja yang tahu. Contoh lainnya yaitu TBL yang merupakan singkatan dari "Takut Banget Loh". Singkatan ini dipakai untuk mengekspresikan ketakutan akan sesuatu.

Contoh di atas hanyalah segelintir istilah gaul yang sering digunakan oleh para pengguna media sosial khususnya remaja. Seiring berjalannya waktu, istilah tersebut juga seringkali tenggelam dan digantikan oleh istilah lainnya. Sejatinya, istilah gaul seperti ini memang mengikuti tren atau fenomena yang sedang marak di masyarakat. Kehadirannya akan tenggelam begitu ada istilah baru yang muncul dan terasa lebih relevan.

Sejatinya ada yang salah dengan menggunakan bahasa gaul, tetapi apabila terlalu sering maka hal ini akan menjadi sebuah kekhawatiran. Yaitu menjadi suatu ancaman dan secara tidak langsung dapat merusak kaidah keutuhan bahasa Indonesia itu sendiri. Terlalu sering menggunakan bahasa gaul dapat menyebabkan kesulitan ketika menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal jika kita mengeksplorasi lebih jauh, bahasa Indonesia itu indah. Banyak istilah yang sangat jarang digunakan tapi sesungguhnya terdapat dalam KBBI. Untuk itu, tugas kita untuk terus melestarikan bahasa kita sendiri agar tidak terlupakan. Karena sebuah bahasa itu akan lestari jika tetap dijaga oleh penuturnya. Maka sudah sepantasnya kita juga tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jangan melulu menggunakan bahasa gaul atau asing yang tidak selaras sampai melupakan bahasa asli kita sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline