Lihat ke Halaman Asli

Nana Rohamna

Fabiayyi alaa'i rabbikuma tukadziban

Lestarikan Gunung Padang bersama Dapuran Kipahare

Diperbarui: 5 November 2018   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pelestarian cagar budaya menjadi salah satu gerakan yang banyak digaungkan di seluruh penjuru Nusantara. Tak terkecuali wilayah Sukabumi dan Cianjur. Selama ini, budaya baru---yang dibawa arus globalisasi---kian mudah masuk dan mengubur eksistensi budaya lama. Akibatnya, sudah banyak tradisi bahkan program pelestarian cagar budaya yang mulai ditinggalkan masyarakat.

Berangkat dari kegelisahan inilah, lelaki yang akrab disapa Kang Sandy bersama budayawan Sukabumi mendirikan Yayasan Dapuran Kipahare (YDK). Yayasan ini menaungi komunitas yang bergerak di bidang pelestarian budaya di wilayah Sukabumi dan Cianjur. Melalui badan hukum, berdasarkan Akta Notaris No: 7 Tahun 2017 dan Surat Keputusan Kemenkumham Nomor: AHU-0010276.AH.01.04 Tahun 2017 yayasan ini diresmikan.

dokpri

Sebelum menjadi yayasan yang diresmikan, paguyuban tersebut memang sudah terlebih dahulu fokus pada kesenian dan kebudayaan. Untuk itulah, didirikan Museum Kipahare yang berfungsi menyimpan artefak. Dalam mengembangkan Situs Gunung Padang, YDK memiliki program yang disentralkan pada masing-masing komunitas. Salah satunya Relawan Pelestari Cagar Budaya yang bertugas melakukan eksplorasi sejarah Sukabumi.

Demi melestarikan budaya, yayasan ini mengadakan program mingguan, seperti pelatihan menari. Ada juga program bulanan, Cookies namanya, dengan fokus memproduksi makanan khas Sukabumi yang dipasarkan oleh warga sekitar. 

Program tahunan yang dijalankan YDK ialah Bimbingan Teknis (Bimtek) Pelestari Cagar Budaya. Tahun ini, bimtek diadakan di Gunung Padang dengan menggandeng Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai mitra kerjasama pada 3 November lalu di Gunung Padang. Kegiatan ini rutin diadakan satu tahun sekali guna perekrutan dan pelatihan soft skill anggota.

Hingga saat ini tercatat, YDK memiliki 400 anggota. Syarat menjadi anggota komunitas yang berada dibawah naungan YDK ini cukup dengan mengisi data diri dengan membawa komitmen yang tinggi. Jika sudah resmi menjadi anggota, maka akan dibuatkan ID Card. "Ada 150 relawan yang aktif berkontribusi," ucap Ketua YDK Irman Firmansyah saat ditemui di Gunung Padang, Sabtu (3/11).

dokpri

"Nu kiwari ngancik nu bihari, seja ayeuna sampeuruen jaga." Ibarat ingin melompat jauh, maka diperlukan juga ancang-ancang maksimal. Untuk itu, yayasan ini menggandeng generasi millenial---dengan rasa ingin tahu yang tinggi---menjadi target utama perekrutan anggota. Hal ini tak lain untuk mengikis dampak kurangnya minat pelestarian cagar budaya. Di usia yang muda, generasi ini dapat menyerap pengetahuan dengan maksimal.

Generasi millennial inilah yang nantinya akan dipercaya untuk melanjutkan estafet kepemimpinan YDK dalam melestarikan cagar budaya, utamanya Situs Gunung Padang. YDK mendidik millennial sejak usia muda, sehingga masing-masing dari mereka merasa memiliki situs Gunung Padang yang telah dirawat sejak lama. "Saat mereka nanti dewasa dan sudah menggapai cita-citanya, ilmu mereka dapat ditularkan demi kemajuan cagar budaya Gunung Padang," ujar Irman, Sabtu (3/11).

dokpri

Selain itu, YDK juga melakukan upaya perawatan seperti membersihkan situs. Secara aktif melakukan sosialisasi dan pembekalan tour guide guna menggaet wisatawan asing yang berkunjung ke Situs Gunung Padang. YDK ikut berpartisi dalam kegiatan berskala nasional seperti pameran arkeologi yang bekerjasama dengan Balai Arkeologi Bandung.

Juli 2018 lalu, YDK berhasil menyabet penghargaan sebagai komunitas yang fokus di bidang pelestarian cagar budaya di wilayah Jawa Barat dan Banten dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bersamaan dengan itu, Presiden Jokowi juga turut hadir memberikan apresiasi kepada komunitas yang berhasil memberdayakan cagar budaya Indonesia. Penghargaan itu diberikan pada acara Gebyar 105 Tahun di Auditorium Gedung Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas), Jalan Medan Merdeka Selatan Jakarta Pusat.

#DapuranKipahare

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline