Pernahkah Anda mengalami masalah yang buntu akibat ulah sendiri? Sebagai contoh Anda menganggap ringan sebuah proses tanpa ada kesepakatan antara Anda dan orang lain yang diajak bekerja sama dengan Anda. Misalnya sebut saja Anda mempekerjakan teman untuk membuat sumur manual.
Hal tersebut biasa terjadi bukan hanya pada Anda tapi juga pada orang lain. Namun bagaimana jika terjadi pada diri Anda?
Lalu mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jawabannya adalah karena pola pikir yang kurang tepat dalam menyepakati sebuah pekerjaan.
Pertama, bisa jadi karena Anda terlalu percaya kepada orang yang Anda mintai jasa tenaga dan pikirannya.
Kedua Anda menganggap tidak terlalu penting sebuah kesepakatan itu jika diucapkan secara lisan. Ini karena Anda merasa yakin bahwa orang lain tersebut adalah teman yang tidak mungkin memberatkan Anda dalam segala hal.
Pada gilirannya, lalu Anda bertanya tentang berapa biaya yang harus dikelurkan sebagai upah atas kinerja dan bantuan yang telah diberikan orang tersebut.
Maka mendadak Anda kaget bukan main sebab tagihannya di luar nalar Anda. Anda secara spontan kemudian berpikir bahwa orang lain tersebut bukan teman yang baik. Alih-alih menyelesaikan persoalan, Anda malah terjebak dalam dua sikap yang kurang tepat.
Kedua sikap yang disebutkan tadi sama-sama tidak etis dan logis. Pertama Anda tidak bisa membedakan antara bantuan sukarela dan niatan bekerja. Bagaimanapun orang tesebut perlu mendapatkan apresiasi atau minimal perlu uang pengganti dari biaya yang dikeluarkan pada saat bekerja pada Anda.
Kedua oleh sebab kejadian ini, Anda menganggap orang terseut bukan teman yang baik. Ini pun merupakan kesimpulan yang salah.
Sebagai catatan, Anda harus membedakan teman dalam psoisinya sebagai teman dan teman dalam posisinya sebagai pekerja untuk Anda. Kapan sebagai teman yang sukarela membantu Anda dengan tenaganya, dan kapan pula sebagai tenaga ahli yang harus diberi imbalan atas jasanya.
Kembali ke judul di atas, "Meremehkan Proses Berakibat Kebuntuan".