Lihat ke Halaman Asli

Tuhan dan Bis Kota

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_77726" align="alignright" width="300" caption="sudah biasa. (sumber: el-osonet-blog-archieves)"][/caption] Tuhan aku rindu kamu duduk disampingku di bis kota, dengan telinga tersumbat earphone dan peluh membasahi kening. Ditengah hiruk pikuk klakson metromini dan asap karbon monoksida penggerogot paru-paru. Diantara senandung petikan para pengais recehan. Duduklah bersamaku, di bis kota ini. Banyak yang ingin aku tanyakan. Tentang kemiskinan, tentang Alam dan Rayanya. Tentang bencana, kematian, dan neraka. Tentang keadilan. Tentang gunungan sampah di sungai Ciliwung, tentang kemacetan, dan pelaku mutilasi.  Dan milyaran kalimat lain yang diakhiri tanda tanya. Duduklah, jika Kau sempat, nikmati kembali kemacetan di kota ini. Temani aku, yang merindukanMu, hingga aku sampai pada tujuan. [Jakarta. 22 Desember 2009. 14:41 Patas AC 76 Ciputat - Pasar Senen Backsound : putat-senen-putat-senen/ayo bu ayo bu/lay kiri lay kiri kiri]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline