Lihat ke Halaman Asli

Namorang Cohort

Pelajar/Mahasiswa

Tim PKM UNUD Menginovasikan Daging Analog Berbahan Kacang Koro, Solusi Inovatif Berbasis Pangan Lokal Mendukung Gaya Hidup Vegan

Diperbarui: 20 Juli 2024   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kelompok mahasiswa Universitas Udayana Bali berhasil membuat daging analog berbahan dasar pangan lokal yakni kacang koro (Canavalia ensiformis). Daging analog tersebut diberi nama "Komeat" yang didapat dari singkatan koro dan meat (daging dalam bahasa Inggris), dan Komeat ini sangat cocok bagi masyarakat yang menjalani diet vegan/vegetarian.

Tim yang mengembangkan produk ini terdiri dari lima orang mahasiswa, yaitu Nadiyah Az-Zahra Puspita Rani, Aulia Afrida Atfa, Yohannes C. Ilyano Paseng, dan Virginia Putri Dangga dari Program Studi Teknologi Pangan, FTP UNUD, berkolaborasi dengan Mahasiswa Program Studi Manajemen, FEB UNUD yakni Diajeng Firdaus Widowati, dibawah bimbingan Dosen Program Studi Teknologi Pangan, FTP UNUD yakni Ibu Sayi Hatiningsih, S.TP., M.Si. Produk ini telah lolos PKM-K pendanaan tahun 2024 dengan judul "Komeat: Inovasi Daging Analog Kacang Koro Berbasis Plant Based Food dalam Mendukung Gaya Hidup Vegan" yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Diktiristek - Kemdikbudristek.

Kacang koro berpotensi sebagai bahan baku Komeat, dikarenakan kacang koro mengandung protein yang cukup tinggi yakni sebesar 28,6%. Hasil analisis proksimat kacang koro meliputi 15,7% air, 28,6% protein, 50,6% karbohidrat, 2,26% lemak, 2,88% abu, dan 2,21% asam fitat (Susanti et al., 2013). Apabila dibandingkan dengan kedelai berkisar 34,9%, maka kacang koro memiliki kandungan protein cukup besar sehingga berpotensi sebagai sumber protein nabati khususnya daging analog, selain sumber karbohidrat. 

Kandungan asam fitat kacang koro cukup signifikan, yakni 2,21%. Asam fitat sifatnya mengikat mineral seperti kalsium dan besi, sehingga mengganggu penyerapan mineral kedalam tubuh. Oleh karena itu, pada proses pengolahan Komeat, dilakukan perlakuan awal melalui kombinasi pemanasan dengan perendaman guna mereduksi kadar fitat. Selain itu, Komeat ini juga sudah melalui proses research and development (R&D) sejak akhir tahun lalu, sehingga kualitas produk sudah teruji.

Keunggulan produk Komeat ini yakni berbasis pangan lokal, enak, bergizi, tanpa bahan pengawet, praktis, cepat saji/siap konsumsi, dengan citarasa nusantara. Komeat saat ini memiliki tiga varian rasa yaitu original, balado, dan mercon, sehingga cocok di lidah masyarakat Indonesia. "Komeat ini juga cocok banget untuk konsumen yang ingin mengurangi kolesterol karena bahan dasarnya dari nabati" ujar Nadiyah Az-Zahra selaku ketua tim. Virginia menyebut "Komeat lebih mantab lagi jika dipanaskan terlebih dahulu dan dimakan sebagai pendamping nasi".

Pemesanan Komeat sudah dapat dilakukan melalui akun sosial media Instagram @komeat.id, dan e-commerce melalui Shopee dan Tokopedia dengan nama toko komeat.id, dengan melakukan pre-order terlebih dahulu, dengan harga Rp. 15.000,00 setiap varian rasanya. Dengan semangat kewirausahaan yang ditunjukkan oleh mahasiswa ini, produk Komeat bukan sekedar inovasi pangan lokal, tetapi juga menunjukkan Indonesia memiliki potensi besar dalam menghadapi tantangan global, khususnya dalam bidang ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline