Sudah seminggu memasuki bulan Syawal. Dengan masuknya bulan Syawal, banyak pula pintu rumah yang sudah kita masuki untuk bersilaturahim. Otomatis, banyak pula hidangan lebaran yang sudah masuk ke lambung kita.Â
Alat penimbang berat badan yang berbicara, satu angka ditunjuk dengan tegas olehnya. Yaps, naik lagi dong beratnya. Padahal puasa kemarin berat badan Alhamdulillah udah pas dan ideal. Krupuk, oh krupuk .. nastar, oh nastar.. rupanya cepat juga pengaruhmu.
Maka, jadi lebaran juga lebaran (tambah melebar) setelah sebulan berpuasa.
Puasa adalah ibadah. Masalah ada krentek lain dari hati yang menunaikan adalah nafsi-nafsi, tergantung orangnya. Misal, "puasa dong, itung- itung bantu pola asupan nutrisi". Yang jelas niat puasa Ramadhan harus murni fardhu karena Allah Ta'ala.Â
Eh, ternyata kok setelah puasa makan jadi Loss lagi. Yah, manusiawi lah. Hanya saja kurang baik saja.Â
Jadi begini saudara,Â
Selama sebulan penuh kita sudah dibantu oleh syariat supaya menjaga dan menahan diri dari hawa nafsu dengan berpuasa. Termasuk mengatur nafsu makan, nafsu biologis, nafsu amarah, dan sebagainya. Terutama yang identik dengan puasa adalah menahan diri dari makan dan minum.
So, mestinya setelah berpuasa diharapkan sudah terbiasa dengan kedisiplinan selama sebulan. Tapi nyatanya setelah puasa contoh kecilnya tadi badan malah melebar.
Oke, dalam kitab jawaahir al Bukhari syarh qasthilani dikatakan disitu tentang beberapa hikmah puasa. Salah satunya adalah bahwa puasa bertujuan untuk mengistirahatkan pencernaan.
Analoginya disitu disampaikan,Â
Sebuah mobil dengan penggerak roda (mesin) yang berbahan besi baja jika di gunakan terus meerus  akan mengalami penurunan fungsi bahkan terjadi kerusakan. Padahal mesin itu terbuat dari baja yang tahan banting dan tahan panas.