Sejak dini orang tua mengajarkan buah hatinya kata - kata yang baik untuk menyatakan isi hatinya. Baik untuk berkomunikasi dengan sesama, bahkan menjalin keakraban bersama Tuhannya.
Setelah itu, buah hati akan mengulang - ulang kata - kata baik itu dan didengarlah isi hatinya oleh Ayah Ibunya.Â
Jika Ayah Ibu saja bisa mendengar dan menuruti keinginan buah hati mereka, lalu bagaimana dengan Allah SWT. Yang Maha Mendengar dan Mencintai hamba-Nya?Â
Oleh karena itu, orang tua mengajarkan do'a sehari - hari kepada buah hati. Sebelum makan, berdoa, begitu pula sesudahnya. Sebelum tidur berdo'a, setelah bangun pun begitu. Masuk rumah ucapkan salam, ketika hendak pergi sekolah pun begitu.Â
Ironisnya, setelah beranjak remaja dan dewasa, ingatan mulai terinstal kebiasaan baru dan kebiasaan sehari-hari dikontrol oleh waktu yang kadang terasa diburu-buru. Entah karena sudah hafal di luar kepala, atau menjadi diluarnya kepala sehingga hilang entah kemana.
Ya kan, lupa do'a kalau akan makan dan tidur??Â
Loss doll, sepiring nasi pecel dan teh hangat habis di makan. Baru ingat kalau belum do'a.
Sebenarnya kalau dikalkulasi ya rugi. Setidaknya kerugian itu adalah :
Satu, kehilangan kesempatan mengadukan apa yang dibutuhkan kepada Tuhan.
Dua, mensia-siakan kesempatan satu hal yang bernilai ibadah di saat usia sudah benar-benar di bebankan untuk ibadah. Pahalapun melayang.