Sambungan dari part 2...
Benar saja, tadi malam keluarga menyantap berkat yang dibagikan di mushola RT setelah tahlilan. Suatu berkah yang harus disyukuri.
Oke, mari kita lanjutkan kembali.
Secara harfiah, kita sering mendengar kata yang mirip dengan kata berkat, yaitu berkah dan barakah. Hemat pemikiran penulis, kata berkat, berkah, dan barakah memang relevan.Â
Berkat dan berkah merupakan serapan dari bahasa arab بركة "barakah". Bedanya, berkat berlaku dalam bahasa jawa, sedangkan berkah berlaku dalam bahasa nasional.
Saat penulis menyimak ceramah ilmiah dalam rangka "muhafazhah akhirussanah" dari DR. K.H. Reza Ahmad Zahid, L.C., M.A. yang merupakan cucu Tokoh nasional K.H. Mahrus 'Aly Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, beliau mengutarakan bahwa,
-Dalam kitab salaf, barakah (بركة) memiliki makna زيادة الخير "ziyadah al khair" yang berarti bertambahnya kebaikan.-
Analoginya, semisal kebaikan di ibaratkan hujan yang turun dengan sejuk, maka tanah yang basah, tumbuhan yang segar dan subur, serta sumber air yang melimpah merupakan tambahan kebaikan dari turunnya hujan.
Maka, jika seseorang telah diberi Allah SWT. Barakah, maka dirinya menjadi baik ditambah lagi memberikan pengaruh yang baik pula bagi makhluk di sekitarnya. Baik organisme biotik maupun abiotik.
Oleh karena itu, berkah memiliki posisi yang urgen dalam hidup seorang muslim.
Kemudian, apa relevansinya dengan berkat? Berkat adalah makanan yang disajikan oleh tuan rumah dengan tujuan yang baik sebagai shadaqah kemudian dibagikan setelah acara selesai dengan harapan mendapat kebaikan dari Allah SWT. melalui do'a-do'a yang telah dilantunkan. Tentunya berkat adalah makanan yang halaalan thayyiban, didapat dengan cara yang baik dan secara zatnya merupakan perkara yang baik.