Saat ini 8 April 2012 pukul 00:01 WIB, aku memulai semua hidupku dengan hal yang baru, baru bukan karena ada hal yang baru, namun karena percakapan kami tadi sore diparbus (lokasi penggorengan P. bulan) yang mengubah pandangan dan pola pikirku tentangkehidupan dan kualitas pendidikan yang menjadi dasar pembangunan dan perkembangan kualitas manusia saat ini. Bahwa pendidikan tidak hanya didapatkan dari kampus atau sekolah formal saja, namun dari lingkungan dan pengalaman yang mungkin lebih berguna dibandingkan ilmu dari perkuliahan, terkadang aku tidak mengerti mengapa kami para mahasiswa jurusan fisika mempelajari dasar-dasar ilmu fisika yang tidak semuanya selalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, atau kami harus mengerti itu karena itu ada dalam kurikulum kami, seperti pendahulu-pendahulu kami yang juga mempelajarinya?,jikalau demikian berarti kami hanya melakukan kebiasaan yang sudah banyak orang lain lakukan, namun bukan melakukan suatu perubahan, perubahan kearah yang lebih baik dari hari hari sebelumnya, karena bila tidak ada perubahan maka tidak ada lagi perkembangan. Perkembangan akan terjadi bila ada perubahan, mungkin suatu perubahan akan dianggap gila atau tidak wajar, seperti kecepatan cahaya yang hingga saat ini masih dianggap pergerakkan tercepat yaitu 3X108 meter/detik dan apakah salah bila ada yang mengatakan bahwa ada lagi pergerakan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya?, mungkin tidak bila orang tersebut dapat membuktikannya, namun mungkin orang tersebut akan dianggap stres bahkan gila bila hal yang dikatakannya itu hanya merupakan suatu hipotesa atau dugaan saja seperti halnya Galileo yang mengatakan bahwa bumi ini bulat dan saat itu belum ada teknologi yang sanggup membuktikannya secara instant.
Secangkir cappuccino campur susu mungkin dapat meringankan sedikit rasa pusing dikepalaku yang beberapa bulan ini kambuh tiap malam sehingga tidak dapat memejamkan mataku, dan anehnya aku sering terbangun dengan cangkir yang kosong, padahal sebagian orang mengatakan kalau minum kopi itu bisa membuat orang terjaga. Kembali pada masalah kualitas pendidikan tadi, bahwa pendidikan itu bukan hanya didapat dari lingkungan sekolah atau kampus saja mengingatkanku akan masa lalu saat aku masih SD dan ketika kami berkunjung kerumah Tulang (bhs. Batak : Paman) di Bekasi, aku berkelahi dengan anak tulang dan saat itu ibuku memarahiku dan mencubitku, dia berkata “sebagai tamu kita harus menghargai tuan rumah dan kita harus bersikap sopan” dan aku tidak terima itu karena bukan aku yang memulai perkelahian itu, dan aku simpan kebencian dalam hatiku dengan berharap bahwa mereka akan datang kerumahku di Bandung. Akhirnya terkabul juga, mereka datang beberapa bulan kemudian, mungkin 14 atau 15 bulan, hehehe..., sebenarnya aku sudah lupa dengan kebencian yang kusimpan dulu, maklumlah pelupa, tapi emang dasar anak tulangku yang gak bisa diam dan ribut sehingga membuatku ingat dengan kebencianku, akhirnya aku hampiri dia dan berkata “apa kau?” dan dia bilang “kau apa?”, aku menunggu dia mulai memukulku karena aku gak mau dianggap yang membuat masalah duluan, terus aku bilang lagi “apa hah?”, dan dia benar-benar memukul bahuku dengan keras dan aku gak nyangka sesakit itu, dan aku menangis dan mengadu, berharap dia akan dipukul oleh tulang atau nantulang (bhs. batak : istri paman), namun tidak sama sekali dan aku dipukul ibuku, dia berkata “sebagai tuan rumah kita harus ramah pada tamu”. Terkadang aku tidak habis pikir “mengapa harus aku yang mengalah” seperti lirik yang pada sebuah lagu, namun kini aku mengerti bahwa semua tindakan yang ibuku lakukan itu adalah hal yang baik bagiku, dia mengajariku untuk menekan perasaan dan selalu menghargai walaupun saat posisi kita lebih hebat dari orang lain, dia mengajari ilmu dan pendidikan yang tidak semua ibu berikan pada anaknya, seperti teman satu kelasku saat SMP yang berkata “kata ibuku aku boleh kok merokok kalo aku udah kerja” tapi tidak dengan ibuku yang berkata “mau sekolah atau kerja nanti, jangan ada yang mama lihat kalian jadi perokok”, cukup sederhana namun tidak ada celah, syarat, atau alasan yang membolehkan kami jadi perokok. Pendidikan seperti inilah yang aku maksud, pendidikan diluar sekolah yang disiplin namun penuh kasih sayang, membatasi bukan berarti mengekang. Dan masih banyak teman-temanku diluar sana yang diajari disiplin bersyarat, hehehe... kayak tahanan luar aja, yang harus tetap mengisi absensi. Hufhh..masih banyak pertanyaan yang berputar diotakku, udah jam 2 kurang 10 menit mungkin aku harus tidur dan mendapatkan semua jawaban dalam mimpiku dan seperti biasanya semua bisa terjawab, dan aku terbangun dengan jawaban yang telah aku lupakan, hehehe....(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H