Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Kekayaan Bumi Nusantara

Diperbarui: 20 Januari 2018   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


(Oleh : Fahmi Namakule)

Maha kuasa Allah dengan segalah ciptaannya, bumi yang diciptakan oleh Allah tanpa tiang ini sungguh menjadi bukti penciptaan sang maha kuasa, isi bumi yang penuh dengan hamparan sumber daya alam yang tersedia menyediakan dirinya kepada kita walaupun kita terus memperkosa usianya yang muda itu.

Alam bumi kita yang kaya ini merupakan dapur bumi yang memproduksi berbagai macam produk-produk, yang kemudian dalam dapur ini menjadi parfum yang bau wanginya mendunia, bau itu kemudian dicium dan membuat merangsang para penjilat global, akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti arah bau itu demi memperbaiki kondisi dirinya yang bau busuk itu, instrumen yang dipakai dalam mengadopsi bau wangi itu justru memakai jalan Licin yang menggunakan desain kapitalisme liberalisme, dan sejenisnya yang sesungguhnya diterapkan untuk merongrong internalisasi kebudayaan.

Pada titik ini kita secara internal harus memperkuat basis kepercayaan kita pada  faham Pancasila yang akhirnya ini di grogoti oleh berbagai isme-isme yang menjadi simbol perampasa. Ketidakpekaan  kebudayaan, pergolakan peradaban yang bergeser dari abad 21 menuju 22 ini rupanya membawa metode baru.

Manusia-manusia yang hidup pada suhu yang multi dimensional seperti manusia-manusia yang hidup pada kondisi geografis alamnya memiliki 4 musim cenderung tidak peka dengan kondisi geografis nya karena kondisi geografis nya itu sama sekali tidak menjamin mereka untuk bertahan hidup bebepara abad ke depan, maka jalan hijrah yang harus mereka pilih sebagai solusi dalam mengantiaipasi krisis abad berkelanjutan. 

Metode hijra alah manusia empat musim ini modelnya berbeda dengan yang lainnya, bukan asal-asal hijra saja, metode ini kemudian sidezain memakai alat idiologis baru yang aneh, yang bagi masyarakat yang di titik fokuskan seperti manusia - manusia yang hidup dapa kondisi geografis yang iklimnya 2 musim contohnya manusia-manusia yang ada di bangsa Indonesia, hal ini dianggap oleh bangsa Indonesia sebagai malapetaka baru yang sedang menggerogoti diri nya.

Desain itu kemudian terelisasi puncaknya pada iklim dua musim itu yang dihujani dengan badai kolonialisme, hal ini kemudian mampu ditepih dan di lawan dengan ijin yang maha kuasa dan dorongan asal-usul keluhuran, semangat ini kemudian di ikrarkan pada 28 Oktober 1928 (fenomena sumpah pemuda) persekutuan kemudian mengambil andil penting pada fase kolonialisasi hasilnya segalah macam antek-antek kolonialisme  retak dan bangunan penjajahan itu runtuh. 

Iklim kemerdekaan dan kebebasan di rasakan sangat kondusif kala itu. Berjalan beberapa dekade muncul berbagai gejolak internal keindonesiaan yang memicu disintegrasi, lucunya gejolak ini dipicu oleh manusia Indonesia sendiri yang secara subjektivitas mengadopsi rahim ibu Pertiwi. 

Model kerusuhan gaya baru nampak ke permukaan, seperti apakah model ini ? kongkrit nya manusia dua musim menjaja dirinya sendiri, apakah memang kondisi yang dipengaruhi oleh sisa isme-isme tadi ? 

Bisa saya katakan iya, karena nyatanya kita dijadikan sebagai penjahat untuk melawan bangsa kita sendiri, kejahatan ini aspek pemicunya multi dimensional ada yang dipress oleh jeritan ekonomi kapitalistik, dan kemudian mempergunakan kemerdekaan individu dan keharusan Universal sebagai moto kompromi perlawanan. 

Singkatnya disintegrasi sisa-sisa isme-isme tadi rupanya Masi beraksi di rahim ibu Pertiwi yang akhirnya akan merusak proses reproduksi watak intelektual tentang filsafat tahu diri semakin hilang, pintu ini muda dimanfaatkan oleh pelaku isme global sebagai lalu lintas perampasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline