Lihat ke Halaman Asli

Adhitanto Nabil Shobirin

Final Year Architecture Student

Mencoba Mengerti Indonesia, Mengapa Indonesia?

Diperbarui: 13 September 2018   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

unsplash.com

Pada saat kita tidak mengerti akan suatu hal, kita akan cenderung untuk menghindari hal tersebut. Mulai dari hal kecil seperti cara melakukan suatu kegiatan sampai hal besar seperti ideologi pemikiran. Namun pada hakikatnya, manusia akan mencoba untuk mencari pengertian---meskipun tanpa mereka sadari. Mulai dari metode pustaka, turun lapang hingga analisa analogi (perbandingan).

Sebagai manusia Indonesia, sepatutnya kita mengerti mengenai Indonesia. Namun, pada kenyataannya pada tahun 2012, jumlah pengguna telepon genggam bermerek iPhone mencapai angka 10,06%, yakni sekitar 22 juta orang (Beritagar.id 2012).

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih memilih produk ciptaan barat dibandingkan produk negeri sendiri.

Bahkan dalam bidang arsitektur, Indonesia masih senang mengikuti tren yang terjadi di barat dan arsitektur kontemporer menjadi jarang ditemui (Gie 2014). Bukan hanya dalam dua bidang itu saja melainkan hampir seluruh aspek kehidupan hingga pola pikir.

Akan menjadi sebuah pertanyaan mutlak bagi kebanyakan masyarakat Indonesia saat ditawarkan berpola pikir keindonesiaan: Mengapa harus Indonesia?

Pertama, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kreatif---bahkan sejak sebelum kemerdekaan. Kreativitas bangsa ini datang dari banyaknya preseden yang dimiliki, yang datang dari banyaknya suku bangsa pembentuk Indonesia.

Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010 (netralnews.com 2017).

Dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia maka banyak pula ragam jenis segala hal di Indonesia: mulai dari makanan, pakaian adat, rumah adat, bahasa, bahkan kekayaan alam pun berbeda-beda.

Indonesia juga merupakan bangsa pelopor. Kreativitas bangsa Indonesia sering menghasilkan produk-produk pelopor di dunia.

Berawal dari BJ Habibie dengan Crack Progression Theory-nya pada tahun 1960-an (Dean 2016), Khoirul Anwar sebagai penemu Fast Fourier Transform (FTT) yang digunakan sebagai salah satu metode 4G LTE dunia (Beritagar.id 2016) hingga Nadiem Makarim sebagai penemu sistem ojek online dengan merek dagang Go-Jek (Wikipedia 2017).

Tidak hanya itu, rumah adat Indonesia yang mayoritas merupakan rumah panggung menjadi contoh preseden bagi bangsa Eropa untuk mendesain rumah anti gempa (Fariha 2017).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline