Pada masa pandemi, ilmu kesehatan masyarakat seakan makin dikenal di bidang kesehatan. Bukan hanya dokter, perawat, suster, dan nakes yang biasa selalu dilirik, ada satu bidang dimana pada masa pandemi ini, namanya kian dikenal di kalangan masyarakat. Bidang tersebut adalah ahli epidemiologi yang merupakan salah satu peminatan penting dalam penanganan covid-19. Epidemiologi adalah salah satu peminatan pada bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat yang selama pandemi bisa menunjukkan tajinya selama beberapa tahun belakangan sejak akhir 2019. Epidemiologi menjadi pusat perhatian tiap negara, di mana penanganan Covid-19, yang trennya sedang dinamis di banyak negara per tanggal 24 November 2021, tidak terlepas dari peran epidemiologi yang bisa menyimpulkan data untuk mengambil kebijakan dalam penanganan Covid-19 di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali negara Indonesia yang memiliki tenaga ahli kesehatan pada bidang epidemiologi pada masa pandemi maupun sebelum masa pandemi ini ada.
Prinsip dasar epidemiologi memfokuskan pada keadaan sifat populasi, distribusi yang berhubungan dengan penyakit, keadaan dan kejadian terkait kesehatan, determinan lingkungan dan sosial yang merupakan faktor eksternal pendekatan saat di lapangan, perkembangan ilmu yang diselaraskan dengan teknologi, dan dapat mengendalikan penyakit dalam hal mendeteksi sehingga dapat mengusulkan intervensi kesehatan yang tepat, praktis, dan dapat diterima dengan baik oleh kalangan masyarakat luas.
Epidemiologi pada tahap awal perkembangan memang difokuskan pada penyakit menular seperti HIV/AIDS, Tuberkulosis, DBD (Demam Berdarah Dengue), Malaria, Campak, Covid-19, dan penyakit menular lainnya. Pada masa ini, epidemiologi sudah menjadi ilmu yang berkembang, penyakit tidak menular juga sudah masuk dalam cakupan ilmu epidemiologi. Epidemiologi juga sudah diperluas dengan pengaplikasian pada perilaku kesehatan, kesehatan Ibu dan anak, kesehatan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), dan lainnya.
Pada kesehatan masyarakat, perilaku dan perubahan perilaku pada masyarakat menjadi hal yang penting untuk dijadikan aspek dasar dalam metodologi penelitian terkait. Ketersediaan data dalam jumlah yang sangat besar dan pengolahan yang cepat, sangat dibutuhkan karena dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk membuat suatu kebijakan pada cakupan masyarakat luas. Walaupun pengolahan data dalam jumlah yang besar masih sangat minim dipergunakan terutama di Indonesia. Banyak tantangan yang dihadapi dalam mengolah data yang besar, dalam proses pengambilan data, pengumpulan data, ketersediaan data, akses data, dan kerahasiaan data yang sering kali masih bocor. Hal inilah yang harus diubah, dalam epidemiologi kemampuan mengolah data yang besar serta proses yang cepat sangat dibutuhkan dengan tetap menjaga kerahasiaan data dan akses data yang sejalur dari daerah ke kantor pusat.
Berbicara mengenai masalah data, kurang adil rasanya jika tidak membandingkan dengan negara maju, salah satunya adalah Amerika Serikat, dimana pengumpulan data dari daerah ke pusat yang cukup teratur dan aman. Informasi kasus di Amerika Serikat, dikumpulkan melalui beberapa tahapan, yaitu proses pelaporan data, pengumpulan data, dan analisis data penyakit. Berikut adalah tahapan secara terperinci:
Ketika tahapan tracing dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat, tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, penyedia layanan kesehatan, dan laboratorium kesehatan melaporkan kasus ke departemen kesehatan negara bagian masing-masing sebagaimana di atur pada Undang-undang pelaporan penyakit negara bagian. Lalu departemen kesehatan negara bagian akan melaporkan data kasus penyakit yang sudah teridentifikasi kepada CDC (Center for Disease Control and Prevention). Tahap terakhir dimana CDC melaporkan kasus penyakit yang sudah mengalami proses pengidentifikasian kepada WHO (World Health Organization) seperti yang sudah ada dalam kesepakatan peraturan kesehatan internasional. Untuk kalangan masyarakat, CDC juga memberikan data pada web data.cdc.gov.
Di Indonesia, langkah-langkah dalam pengambilan data tersebut, memang mirip dengan yang digunakan oleh negara Amerika Serikat, tetapi kenyataannya masih banyak data yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam hal pencatatan, msialnya data terkait COVID-19, data Amerika Serikat sendiri walaupun tidak akurat 100%, tetapi sudah dapat menggambarkan bagaimana kondisi pandemi di negara tersebut. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa angka COVID-19 di Indonesia diperkirakan 3-4 kali lipat lebih banyak dari yang ter-input pada data pusat.
Epidemiologi dengan segala aspeknya, seharusnya dapat memprediksi hal tersebut, karena dari kurang lebih 270 juta penduduk Indonesia, tidak mungkin dalam waktu dekat, proses peng-input-an dan penyimpulan data dapat dilakukan. Begitu pula dengan penyakit menular lainnya, epidemiologi dapat menggambarkan kondisi pada suatu daerah tersebut secara terperinci. (Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2019)