Lihat ke Halaman Asli

Strategi Kesehatan Masyarakat Untuk Menghadapi Epidemi Demam Berdarah

Diperbarui: 26 September 2024   02:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

          Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang mengancam masyarakat Indonesia. Sebagai daerah tropis, Indonesia sangat rentan terhadap penyakit berbasis penularan vektor (vector-borne disease) sehingga jumlah penderita dan luas daerah penyebaran DBD semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Masalah kesehatan ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah karena kesehatan merupakan hak asasi manusia (HAM) yang fundamental. Tanpa kesehatan yang baik, individu tidak dapat menjalankan hak-hak lainnya. Hingga saat ini, belum ada obat atau vaksin yang benar-benar efektif untuk mengatasi DBD. Oleh karena itu, program yang selama ini dilakukan berfokus pada pengendalian vektor dan penanggulangan wabah, salah satunya melalui Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).


          PSN adalah salah satu pendekatan utama yang dicanangkan oleh pemerintah dalam mengatasi penyebaran DBD. Program ini mencakup langkah-langkah seperti 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk), penggunaan larvasida, serta pengasapan (fogging) pada area yang terindikasi tinggi penyebaran DBD. Meski program ini telah dijalankan selama bertahun-tahun, tantangan dalam implementasinya tetap ada, salah satunya adalah konsistensi partisipasi masyarakat. Banyak program PSN yang hanya dilakukan secara sporadis, terutama saat musim hujan ketika kasus DBD meningkat, dan bukan sebagai rutinitas yang berkesinambungan sepanjang tahun.


          Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi epidemi DBD adalah keterbatasan infrastruktur kesehatan di berbagai daerah. Banyak wilayah yang masih minim fasilitas kesehatan yang memadai, sehingga diagnosis dan penanganan pasien DBD sering kali terlambat. Selain itu, distribusi tenaga medis juga belum merata, khususnya di daerah pedesaan dan terpencil. Hal ini menyebabkan pengendalian penyakit menjadi sulit, karena tidak semua pasien mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat.


          Tantangan lain yang juga signifikan adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Meskipun kampanye PSN telah gencar dilakukan, masih banyak masyarakat yang kurang memahami atau kurang peduli terhadap langkah-langkah pencegahan ini. Kurangnya edukasi berkelanjutan, terutama di kalangan masyarakat pedesaan, menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, faktor budaya juga mempengaruhi efektivitas program pengendalian DBD, seperti keyakinan bahwa pengasapan merupakan solusi utama, padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak menghentikan siklus reproduksi nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD.


          Meski menghadapi berbagai tantangan, ada beberapa peluang yang bisa dioptimalkan untuk memperkuat strategi kesehatan masyarakat dalam menangani epidemi DBD. Pertama, kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian vektor. Misalnya, penggunaan teknologi berbasis aplikasi untuk memantau populasi nyamuk dan penyebaran penyakit di berbagai wilayah. Aplikasi semacam ini bisa memberikan informasi real-time kepada masyarakat dan otoritas kesehatan, sehingga tindakan preventif dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.


          Menghadapi epidemi Demam Berdarah Dengue di Indonesia memerlukan strategi kesehatan masyarakat yang komprehensif dan berkelanjutan. Meskipun terdapat banyak tantangan, seperti infrastruktur yang terbatas, kesadaran masyarakat yang rendah, dan dampak perubahan iklim, berbagai peluang juga terbuka melalui teknologi, edukasi, dan kolaborasi lintas sektor. Dengan upaya yang sinergis antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, serta adaptasi terhadap kondisi iklim dan perkembangan teknologi, penanggulangan DBD di Indonesia dapat menjadi lebih efektif, sehingga risiko epidemi ini dapat diminimalisir dan masyarakat dapat hidup lebih sehat.


“KATA KUNCI: Demam, Epidemi, Kesehatan, Vektor”

DAFTAR PUSTAKA
Sari, R.K., Djamaluddin, I., Djam’an, Q., dan Sembodo, T., 2022. Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue DBD di Puskesmas Karangdoro. Jurnal ABDIMAS-KU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran, 1(1), p.25.

Sutriyawan, A., 2021. Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk. Journal of Nursing and Public Health, 9(2), pp.1-10.

Wahongan, I.F., Suoth, E., Antasionasti, I., Fatimawali, F., dan Tallei, T., 2022. Strategi dan Tantangan Pengembangan Vaksin Demam Berdarah. PHARMACON, 11(3), pp.1530-1535.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline