Lihat ke Halaman Asli

Nurul Alamin

Mahasiswa Pendidkan Bahasa Arab, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci. @nurulalamin02

Jangan Lupa Berbagi

Diperbarui: 26 Agustus 2021   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam yang sunyi nan dingin dan disertai gerimis. Keluargaku beserta orang kampung lainnya sedang berkumpul di ruang tamu rumahku. Kami membahas masalah tentang bagaimana mencari dana untuk bantuan sembako dan baju lebaran untuk kaum dhu'afa dan yatim piatu untuk menghadapi hari raya Idul Fitri sekaligus membentuk panitia kegiatan sosial ini. Teh hangat dan biskuit membuat udara dingin tak terasa di tubuh, gerimis tak ada lagi tapi hujan lebat baru melanda. Rapat ini dipenuhi dengan tawa dan senyum karena jarang sekali orang berkumpul dirumahku.

Rasyid Ilham seorang remaja yang bertubuh tinggi dan berkulit putih serta bertampilan sederhana. Aku mahasiswa semester 4 di Perguran Tinggi Islam. Rasyid itulah kerap panggilanku. Aku sekarang tinggal bersama ayah dan ibuku di rumah yang cukup bagus. Ayahku seorang Ulama dan bekerja di sebuah kantor Majelis Ulama Indonesia cabang Jambi sedangkan ibuku seorang guru di sebuah sekolah menengah atas. Kami termasuk orang yang taat kepada beragama.

Pagi yang cerah, butiran air hujan semalaman masih berjatuhan di atap rumahku. Aku langsung bergegas mandi, sarapan dan kuliah sambil mencari siapa saja yang mau menyumbang untuk bantuan sosial. Aku berangkat menggunakan si kuda hitam alias motor beatku, motor ini hadiah ulang tahunku kemarin yang diberikan oleh ayah dan ibuku. Udara yang segar membuat kebanyakan orang kampungku berjemur di depan rumahnya masing-masing sambil menikmati matahari pagi.

Aku berangkat kuliah sambil menempel brosur yang kami bikin semalaman. Ayahku menyuruhku menempelnya di berbagai tempat yang kosong dan menyebar pamfletnya di media sosial dan lain sebagainya. Jarang sekali aku semangat seperti ini, tidak kenal lelah aku menempal satu per satu brosurnya. Masyarakat pun senang melihat aku menempel brosurnya karena kegiatan ini jarang sekali dilakukan di kampungku.

"Banyak-banyak menempel brosurnya, Rasyid. Supaya kaum dhu'afa dan anak yatim piatu di kampung kita terbantu." Ujar warga kampung kepadaku.

Saat sampai di kampus, aku minta tolong kepada teman-temanku untuk membagikan brosurnya ke teman-teman yang lain dan aku sendiri menempel brosurnya  di Mading kampus. Keluargaku dan panitia lainnya sangat berharap banyak orang yang menyumbang sebagian rezekinya untuk kaum dhu'afa dan yatim piatu.

Senja mulai tampak, aku masih perjalanan untuk pulang kerumah. Hpku dipenuhi suara SMS, aku tak tahu siapa yang SMSku pada hari mau magrib begini. Saat sampai di rumah, aku membuka hp, ternyata yang SMS tadi adalah Rektor universitasku. Beliau menyumbang 2 juta rupiah. Aku kaget yang disertai bahagia.

"Ayah, Ibu, Rektorku ikut menyumbang pada kegiatan sosial ini." Aku berkata seraya bersyukur tak henti-hentinya.

"Berapa Rektormu menyumbang, Rasyid?" Ibuku bertanya dengan raut wajah penasaran,

Aku menjawab dengan raut wajah sangat bahagia, "2 juta, Bu."

Kami bertiga sangat bersyukur pada malam ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline