"Tidak ada yang namanya 'tetap sama, tidak akan pernah berubah', semuanya akan berubah. Satu-satunya yang sama adalah perubahan itu sendiri." Kata-kata tersebut melintas begitu membaca buku "Unboss" yang ditulis oleh Lars Kolind dan Jacob Btter.
Kedua penulis kewarganegaraan Denmark ini membahas dengan rinci tentang perubahan di era digital, dimulai dengan konteks yang mengkaji problematika perusahaan secara khusus hingga ke gerakan sosial dan dunia secara menyeluruh.
Sebetulnya apa yang menyebabkan perusahaan begitu digdaya dapat runtuh lebih cepat daripada perjalanan menuju puncaknya?
"We didn't do anything wrong, but somehow we lost," kami tidak melakukan sesuatu yang salah, tetapi entah bagaimana kami kalah. Demikian kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Jorma Ollila, CEO Nokia, pada tahun 2013 saat mengumumkan persetujuan akuisisi Microsoft terhadap Nokia.
Nokia, yang pernah menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan ponsel tersebesar sedunia harus mengakui 'kekalahannya' ketika akhirnya ia tidak mampu bersaing dengan merk lain seperti Apple dan Samsung. Selama hampir sepuluh tahun terakhir sebelum keruntuhannya, Nokia masih terlalu bangga dengan feature phone atau ponsel fungsi dasar miliknya. Walau akhirnya ia masih me-rilis seri ponsel smartphone, keras kepala Nokia tetap memakai Windows Phone ketimbang Android harus dibayar dengan neraca perusahaan yang terus merugi.
Dilansir dari banyak sumber, dan semua pernyataan tersebut memiliki satu kesimpulan yang sama. Nokia menolak untuk berubah, mereka juga menolak menjemput kesempatan untuk membuat diri mereka dapat berkembang. Bukan hanya kehilangan penghasilan dan merugi dalam jumlah banyak, mereka juga kehilangan kesempatan untuk bertahan.
Tidak hanya Nokia, perusahaan kamera Kodak juga mengalami hal yang serupa. Dengan anggapan kuno kalau orang -- orang hanya suka foto mereka ketika liburan, mereka harus bangkrut dan melihat Instagram sudah bernilai jutaan dollar.
Lars Kolind dan Jacob Btter menggagas sebuah konsep bernama Unboss. Konsep ini mempertanyakan relevansi dari cara pikir, dan menghindari ketertinggalan zaman. Unboss menyerukan agar dilakukan perubahan-perubahan radikal dalam cara kita bekerja, mempertanyakan maksud-maksud hierarki, jabatan, deskripsi kerja, dan lain sebagainya.
Lars Kolind adalah seorang pensiunan dari Group Chairman di Grundfos, sebuah perusahaan dengan pendapatan 3 miliar Euro, dan pabrikan pompa air terbesar di dunia. Ia juga seorang mantan ketua World Scout Foundation dan anggota World Committee.
Rekan penulisnya, Jacob Btter merupakan salah satu mitra pendiri Wemind A/S, sebuah think tank dan perusahaan konsultan Denmark. Dia termasuk blogger pertama di Denmark. Sebelum menginjak usia 18 tahun, dia sudah membangun sebuah studio desain maya, yang terdiri atas 250 desainter di 50 negara.
Kepemimpinan dalam perusahaan sudah tidak dapat dilakukan dengan cara kovensional. Relasi bos-karyawan sudah tidak dapat bersifat selayaknya budak dan majikan, tetapi setara, sebagai mitra. Dewasa ini, tata kelola perusahaan yang berdasarkan hierarki sudah tidak relevan, sistem tersebut membatasi ruang gerak, inovasi dan efektivitas dalam bekerja.