Dua hari yang lalu saya bertamu ke rumah salah satu anggota keluargaku yang merupakan salah satu pejabat penting di negeri ini. Dengan canda ala suku dan budaya kami, akhirnya kami sampai pada cerita dan guyonan seputar kasus Gayus. Ada satu hal menarik yang disampaikan beliau tentang masalah Gayus (yang juga dimiliki oleh beberapa pihak) bahwa Gayus hanya "kambing hitam" dari kejahatan para pejabat tinggi negeri ini.
Kira-kira 15 menit sebelum tiba di rumahnya, salah seorang saudaraku yang lain, juga sedikit berbicara tentang masalah perpajakan. Dia bilang " kamu lihat betapa enaknya kami pegawai negeri sipil ini, cuma pertemuan 30 menit saja, saya bisa menyetor ke istri saya 1 juta rupiah, seluruh akomodasi perjalanan luar daerah ini ditanggung oleh pemerintah. Makanya, kamu jangan mau bayar pajak."
Sepanjang pertemuan kami malam itu, di rumahnya yang cukup mewah dengan aksesoris bernilai ratusan juta rupiah (bahkan mungkin milyaran rupiah), kami menyantap makanan ditemani dengan "whiski" asli dari Eropa, karena dia baru kembali dari perjalanan dinas ke luar negeri. Aku bertanya-tanya, darimana dia peroleh itu semua? Sebenarnya, berapa besarkah penghasilan "jujur" dari seorang pejabat pemerintah yang memegang jabatan kepala keuangan suatu kabupaten? Tanpa bermaksud menghakimi atau menuduh, saya merasa bahwa mungkin beberapa "barang-barang" miliknya itu diperoleh dengan cara tidak sah. Mengapa tidak? Bagi saya uang 25 juta itu cukup besar, tetapi bagi dia tampaknya tidak begitu. Dia cerita bahwa duitnya 25 juta yang tidak tahu kemana juntrungannya, hilang begitu saja oleh temannya, tapi dia tampak santai saja, bahkan ketawa saat menceritakan hal itu.
Istri saya baru lulus CPNS sekira beberapa bulan lalu. Betapa dia shock di kantor kerjanya pada hari pertama ia kerja melihat teman-temannya yang sudah PNS. Padahal dia bekerja dilembaga pemerintahan yang cukup elit. Di SOP kerja mereka, seharusnya mereka sudah di kantor jam 8:00 dan pulang pukul 15:30, tapi mereka rata-rata tiba pukul 9:00 (paling cepat) dan pulang pukul 15:00, yang lebih parahnya selama dari jam kerja itu, yang mereka lakukan hanyalah sibuk dengan Facebook, Youtube, 4shared, YM dll, tanpa ada pekerjaan yang dilakukan yang berhubungan dengan keilmuan dan lembaga kerja mereka. Pimpinan mereka sudah 2 minggu lebih tidak masuk kantor karena menemani suaminya berobat ke singapura (saya tidak tahu dia ajukan cuti atau tidak saat hendak membawa suaminya ke singapura). Sedih sekali saya melihatnya. Terlebih parah lagi saat aku ketahui bahwa pimpinannya dengan beberapa bawahannya (teman se "divisi" dengan istri saya) mengajukan suatu "materi" yang merupakan jiplakan, alias bajakan. Parah sekali! Ditambah dari cara pola makanan yang mereka konsumsi sangat tidak menunjukkan teladan (makan indomie rebus). Betapa tempat kerja istri saya itu sarang "serigala"
Seorang klien saya juga memohon kepada saya agar perusahaan tempat saya kerja tidak memunculkan faktur pajak pertambahan nilai yang masuk ke account pajaknya supaya dia leluasa melaporkan pajak fiktifnya. Dia berani melakukan hal itu karena disuruh oleh salah seorang petugas perpajakan negeri ini. Waduh!! Parah sekali kebobrokan negeri ini. Lebih parahnya lagi salah seorang tokoh agama juga berkompromi dengan penjualan minuman keras dengan salah seorang oknum pejabat yang saya (pra) duga korupsi.
Oh Tuhan, betapa hancur dan maruknya negeriku ini. Koran harian di Australia mengutip pernyataan wikileaks tentang beberapa pejabat pemerintahan negeri ini yang terlibat korupsi atau aktivitas korupsi. Saat mengetahui hal itu saya tidak terkejut, justru saya sangat percaya dengan Wikileaks. Kenapa? Karena 1 tahun lebih yang lalu, saya sudah pernah dengar dari mulut bibir salah satu team sukses partai yang mengusung presiden negeri ini sekarang, yang juga mantan pejabat tinggi, bahwa mereka melakukan manipulasi data atas hasil pemilu 2009 lalu. Walau tidak ada data yang valid, pernyataan beliau tersebut patut dipercaya. Sekarang wikileaks memunculkannya itu menambah keyakinan saya akan kejahatan pemimpin negeri ini.
Negeri salah urus, adalah bahasa halus yang saya buat buat negeri ini. Di dalam lubuk hatiku yang dalam ini aku bahkan ingin menuliskan yaitu Negeri bergelimang dosa dan kemunafikan!!. Aku tidak tahu pasti berapa banyak pejabat di negeri ini yang hidup jujur dan profesional. Yang pasti aku tahu adalah istriku dan temannya yang sudah aku kenal. Masih adakah yang lain? Kejadian malapetaka di negeri ini adalah akibat dosa dari pemimpin dan pejabat negeri ini! Mengapa? Karena kesejahtraan dan kemajuan suatu bangsa dan negeri sangat dipengaruhi oleh kesalehan dengan penuh keteladanan dari para pemimpin dan pejabatnya. Karena masyarakat negeri ini sudah menghormati dan mematuhi para pemimpinnya, maka sangat bejat sekali saat ada pejabat di negeri ini mengatakan bahwa malapetaka di negeri ini karena masyarakatnya yang tidak takut akan Tuhan.
Kemanakah nurani para pemimpin negeri ini menghilang? Kepastiaan apa yang dapat menjamin bahwa mereka akan aman? Setiap hari mereka melakukan ibadah mereka, tetapi setiap kali pula mereka melakukan dosa. Apakah mereka kira Tuhan bisa disogok? Apakah mereka kira Tuhan tidak mampu menghukum mereka? Haruskah Tuhan turun tangan sendiri untuk menegur mereka? Mengapa mereka membutakan mata hati mereka sendiri? Siapa yang mereka teladani? Untuk apa duit dan harta yang mereka kumpulkan, toh semua itu tidak dapat dinikmati di liang kubur?
Negeri salah urus kurindukan menjadi negeri penuh pengurus. Negeri yang menjadi rahmat bagi manusianya, bagi dirinya, bagi bangsa lain dan bagi bumi ini.
Mari kita doakan negeri ini agar diubah oleh Tuhan. Mari kita para pegawai negeri dan swasta berubah untuk menjadi rahmat bagi orang lain dengan hidup jujur dan takut akan Tuhan. Jangan tunggu esok, lakukan sekarang juga!
Ya Tuhan, ubahlah bangsa dan negeriku ini. Amin.