Perekenomian suatu negara pasti mengalami pasang surut. Maka dari itu, negara mengambil kebijakan yang bertujuan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi.
Pada era globalisasi saat ini, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik. Perekonomian negara lain juga turut memengaruhi perekonomian domestik. Jadi, kebijakan yang diambil oleh pemerintah (kebijakan fiskal) dan pihak moneter (bank sentral) juga dipengaruhi oleh faktor luar.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Dua kebijakan dari dua instrumen tersebut harus saling berkaitan agar tidak terjadi kebijakan yang tumpang tindih. Dalam artikel kali ini akan membahas sisi mengenai kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam sektor perekonomian. Analisis dalam mengambil keputusan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi membutuhkan persoalan yang berkaitan dengan sektor moneter.
Di sini Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia memiliki peran utama dalam mengambil kebijakan moneter. Bank Indonesia sebagai bagian dari otoritas moneter bertugas untuk melindungi stabilitas dalam sistem keuangan dan moneter. Dua hal tersebut merupakan instrumen yang tidak dapat terpisahkan.
Peran Bank Indonesia dalam menstabilkan perekonomian Ketika terjadi Inflasi
Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dipengaruh dua faktor penting, yaitu inflasi dan nilai tukar yang ada di Indonesia. Instrumen yang paling penting dalam menentukan kebijakan moneter adalah tingkat inflasi yang sedang terjadi.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2016 hingga 2020 tingkat nilai inflasi mengalami kenaikan. Kenaikan inflasi tersebut mencapai 3,6 persen dan mengalami penurunan sebesar 1,68 persen. Tingkat inflasi suatu negara harus berada dalam posisi yang stabil agar tidak berdampak buruk.
Inflasi dapat terjadi karena ada tekanan dari dua faktor. Tekanan tersebut berasal dari sisi penawaran supplay (cosh push inflation) dan permintaan demand (demand pull inflation). Faktor yang menyebabkan terjadinya cosh push inflation adalah 1) terdapat depresiasi terhadap nilai tukar 2) terjadi inflasi di luar negeri yang memengaruhi tingkat inflasi di Indonesia.
Terutama inflasi yang terjadi kepada negara yang memiliki hubungan kerja sama dalam sektor ekonomi dengan Indonesia. 3) Naiknya harga barang produksi yang menyebabkan bertambahnya biaya proses produksi 4) terdapat bencana alam yang mengakibatkan terganggunya proses distribusi dan terjadi negative supplay shocks.
Demand pull inflation disebabkan karena permintaan barang atau jasa lebih besar dari penawaran. Hal tersebut menyebabkan terjadi kelangkaan terhadap barang atau jasa. Fenomena ini dapat menyebabkan barang dipasaran mengalami kenaikan. Dalam makroekonomi kasus ini dapat terjadi menjelang hari besar keagamaan.