Pada tahun 2022 terdapat kenaikan suku bunga. Kebijakan kenaikan suku bunga tersebut dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat The fed (the federal reverse) yang pada awalnya sebesar 4.25 persen menjadi 4.5 persen. Hal ini menunjukkan kenaikan suku bunga paling agresif selama 41 tahun terakhir.
Menanggapi kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh the fed (the federal reverse), Bank Indonesia juga menaikkan BI7DRR (BI 7-Day Reserve Repo Rate). Di mana pada tahun 2022 sebesar 2 persen menjadi 5.5 persen. Pada tahun ini kenaikan suku bunga stabil, yaitu merangkak pada suku bunga sebesar 5.75 persen. Hal tersebut terjadi karena mengikuti aturan kenaikan yang diberlakukan oleh the fed.
Suku bunga secara perlahan merangkak semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan beberapa negara termasuk Indonesia mengalami persaingan yang cukup kompetitif di dalam pasar obligasi. Kenaikan suku bunga yang sangat agresif oleh the fed tidak mempengaruhi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Sepanjang tahun 2022 investor asing justru beralih dari bursa saham menjadi pasar obligasi dengan membeli SBN RI. Beralihnya investor asing dari bursa saham menjadi pasar obligasi kemungkinan untuk menghindari investasi berisiko tinggi. Tak hanya itu, pada akhir tahun 2022 adanya isu terkait resesi pada 2023 kemungkinan turut memengaruhi investor untuk berinvestasi pada aset yang memiliki resiko rendah.
Pada akhir tahun 2022 kepemilikan investor asing pada SBN RI sebesar 14,36 persen atau setara dengan Rp762, 2 triliun. Namun, pada tahun 2023 kepemilikan investor asing pada SBN RI mengalami naik turun.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan), per Januari 2023 investor asing membeli SBN RI dengan nilai beli bersih sebesar Rp49,70 triliun. Sedangkan, pada Februari 2023, nilai bersih investasi asing yang masuk mengalami penurunan menjadi Rp43,88 triliun.
Pada Februari 2023 terjadi outflow SBN RI sebesar Rp7,57 triliun dan Maret 2023 outflow SBN RI mengalami kenaikan menjadi Rp8,16 triliun.
Jika diakumulasikan, Pada bulan Januari 2023 uang asing yang masuk sebesar Rp811,89 triliun. Sedangkan, pada Februari 2023 uang asing masuk mengalami penurunan menjadi Rp804,32 triliun.
Kenaikan yang terjadi pada pembelian SBN RI oleh investor asing sangat bertolak belakang dalam dua tahun sebelumnya. Pada dua tahun terakhir banyak investor asing justru menarik dananya pada SBN RI. Di mana pada awal tahun 2021 penarikan dana yang dilakukan oleh investor asing dari SBN RI sebesar Rp82,57 triliun. Kemudian, pada awal tahun 2022 dana asing keluar mencapai Rp129,16 triliun.
Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank yang berada di Amerika Serikat tidak memiliki dampak signifikan bagi pasar SBN RI. Hal tersebut karena investasi langsung Amerika Serikat kepada Indonesia dinilai relatif sangat kecil. Bahkan, bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank Amerika Serikat secara tidak langsung mengguncang perekonomian Amerika Serikat. Hal tersebut memberikan dampak positif kepada Indonesia, yaitu nilai rupiah menguat di lain sisi nilai dolar melemah.
Kemungkinan informasi terkait terjadi kebangkrutan SVB menjadi alasan meningkatnya kepemilikan investor asing pada SBN RI. Karena dapat dipastikan The fed tidak akan melakukan kebijakan agresif terhadap kenaikan suku bunga. Melunaknya kebijakan suku bunga akibat runtuhnya SVB akan menarik minat para investor asing menginvestasikan dananya pada sektor pasar obligasi. Di mana pasar obligasi akan lebih dilirik oleh investor asing karena memiliki resiko yang cukup rendah.