Di era digital yang serba cepat dan terhubung ini, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Akses yang luas terhadap teknologi, seperti smartphone, tablet, dan internet, telah mengubah cara anak-anak belajar, bermain, dan berinteraksi satu sama lain. Meskipun teknologi menawarkan banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi dan komunikasi yang lebih baik, dampaknya terhadap kesehatan anak menjadi perhatian yang semakin mendesak. Kesehatan anak adalah fondasi penting bagi perkembangan fisik, mental, dan emosional mereka. Pada usia yang kritis ini, anak-anak membutuhkan lingkungan yang mendukung untuk tumbuh dengan sehat dan seimbang. Namun, tantangan yang muncul akibat penggunaan teknologi yang berlebihan dapat mengganggu aspek-aspek tersebut. Dalam konteks ini, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk memahami tantangan yang dihadapi anak-anak di era digital dan mengambil langkah proaktif untuk melindungi kesehatan mereka. Dengan mempromosikan penggunaan teknologi yang bijaksana dan memberikan dukungan yang diperlukan, kita dapat membantu anak-anak memanfaatkan potensi positif dari teknologi sambil meminimalkan risiko yang ada.
Di Indonesia, sekitar 33,44% anak usia dini menggunakan gadget. Di Jawa Tengah, angka ini lebih tinggi, dengan sekitar 40% anak berusia 0-6 tahun terpapar gadget secara rutin. Sekitar 25,5% anak berusia 0-4 tahun dan 52,76% berusia 5-6 tahun di Indonesia menggunakan gadget. Di Jawa Tengah, anak-anak di kelompok usia ini menunjukkan kecenderungan yang sama, dengan peningkatan penggunaan gadget di kalangan anak-anak prasekolah. Penggunaan gadget yang tinggi pada anak di bawah usia dua tahun berpotensi meningkatkan risiko keterlambatan bicara. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar gadget sejak dini cenderung mengalami kesulitan dalam perkembangan bahasa. Fenomena kecanduan gadget di kalangan anak-anak semakin meningkat, dengan banyak anak yang menunjukkan tanda-tanda adiksi terhadap perangkat elektronik. Hal ini berpotensi menghambat interaksi sosial dan perkembangan komunikasi mereka.
Dengan kemajuan teknologi dan penggunaan gawai yang semakin meningkat, anak-anak cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka. Rata-rata anak menghabiskan waktu lebih dari 3-5 jam sehari di depan layar, baik untuk bermain game, menonton video, atau belajar. Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas, gangguan penglihatan, dan masalah postur tubuh. Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu di media sosial berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan dan depresi. Paparan terhadap konten negatif dan perbandingan sosial dapat memengaruhi harga diri mereka. Dengan meningkatnya waktu yang dihabiskan di depan layar, anak-anak cenderung kurang berolahraga. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas dan penyakit jantung di masa depan. Penggunaan perangkat digital sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur anak, yang berdampak pada kesehatan dan konsentrasi mereka di sekolah. Anak-anak sering kali terpapar pada konten yang tidak pantas atau berbahaya di internet. Ini dapat memengaruhi perkembangan psikologis dan moral mereka. Media sosial juga menjadi tempat terjadinya bullying, yang dapat menyebabkan dampak psikologis yang serius bagi anak-anak.
Penting untuk memberikan pendidikan yang memadai tentang penggunaan teknologi yang aman dan bertanggung jawab. Anak-anak perlu diajarkan tentang privasi, etika digital, dan cara mengenali informasi yang tidak akurat. Orang tua dan pendidik harus berperan aktif dalam memantau dan membimbing anak-anak dalam penggunaan teknologi. Diskusi terbuka mengenai pengalaman online dapat membantu anak merasa lebih nyaman berbagi masalah yang mereka hadapi. Tetapkan batasan waktu untuk penggunaan perangkat digital. Misalnya, hanya menggunakan teknologi setelah menyelesaikan tugas sekolah atau aktivitas fisik. Dorong anak untuk terlibat dalam aktivitas fisik setidaknya 1 jam setiap hari. Ini bisa berupa olahraga, bermain di luar, atau aktivitas kreatif. Libatkan anak dalam kegiatan keluarga tanpa teknologi, seperti berkumpul untuk makan malam, bermain board games, atau berolahraga bersama. Dorong anak untuk memiliki teman dekat dan hubungan yang sehat, serta berikan dukungan emosional yang mereka butuhkan. Jika anak menunjukkan tanda-tanda masalah kesehatan mental yang serius, seperti perubahan perilaku yang signifikan, cari bantuan dari profesional kesehatan mental. Pantau konten yang diakses anak dan diskusikan tentang apa yang mereka lihat di media sosial. Ini membantu mereka memahami dan mengatasi konten yang tidak sesuai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H