Lihat ke Halaman Asli

Najwa manar

Mahasiswa

Menjaga Lisan sebagai Dasar Kesantunan dalam Berkomunikasi Islami di Kehidupan Sehari-hari

Diperbarui: 12 November 2023   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : canva

Komunikasi telah ada sejak manusia diciptakan, jadi wajar jika sebagian besar kegiatan manusia melibatkan komunikasi. Komunikasi dalam pengetahuan mencakup penyebaran makna dan simbol yang terkait dengan proses kemanusiaan. Hubungan antarmanusia yang melibatkan komunikasi telah ada sejak Nabi Adam AS.

Konsep komunikasi tidak terbatas pada masalah komunikasi efektif saja, tetapi juga mencakup komunikasi antarpribadi. Dalam praktik komunikasi Islam, komunikasi mencakup etika, sehingga ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, orang tersebut akan memahami apa yang kita sampaikan. Komunikasi menurut Andrew E. Sikula adalah proses penyampaian informasi, pengertian, dan pemahaman dari seseorang, suatu tempat, atau sesuatu kepada seseorang, tempat, atau orang lain.

Menurut keyakinan Islam, komunikasi tidak hanya berfungsi untuk membangun hubungan vertikal dengan Allah Swt tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama manusia. Komunikasi dengan Allah Swt terjadi melalui pelaksanaan ibadah fardhu, seperti salat, puasa, zakat, dan haji, yang bertujuan untuk menumbuhkan takwa. Sementara itu, komunikasi dengan sesama manusia terjadi melalui pembentukan hubungan sosial yang dikenal sebagai muamalah. Hal ini terlihat dalam banyak aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni, dan sebagainya.


Karena kemampuan berbicara mereka yang unik , manusia memiliki peran dan posisi strategis sebagai makhluk sosial. Orang-orang dengan kemampuan berbicara ini dapat mencapai potensi mereka dan membangun hubungan sosial. Seperti yang disebutkan dalam Surat Ar-Rahman ayat 4 , Allah SWT betapa pentingnya berkomunikasi dalam firman-Nya.Dalam ayat ini, kata "al-bayan" berarti berbicara (al-nuthq, al-kalam). Komunikasi tidak hanya sekedar informatif, yaitu memberi tahu orang lain, tetapi juga persuasif, yaitu membuat orang mau menerima ajaran atau informasi dan bertindak sesuai dengannya.

Orang dapat berkomunikasi satu sama lain karena lidah, organ bicara yang sangat aktif, melakukan gerakan tertentu di bagian lidah yang menghasilkan bunyi yang unik saat bertemu dengan organ lain. Inilah yang memungkinkan manusia berkomunikasi satu sama lain. Namun, di sisi lain, lidah juga dapat membawa manusia ke dalam situasi yang berbahaya.


Dalam Al-Qur'an, konsep etika komunikasi lisan memiliki ketentuan-ketentuan yang mendalam, menjadikannya sebagai etika yang suci dan tidak dapat diperdebatkan. Konsep ini menetapkan aturan tentang perilaku manusia dalam menjaga lisan mereka dari perkataan yang tidak bermakna yang dapat berdampak negatif baik di dunia maupun di akhirat. Al-Qur'an menyampaikan seruan moral untuk membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih terjaga.

Konsep kesantunan bukanlah hal baru dalam Islam karena telah ada sejak lama.Kesantunan dalam bahasa Islam belum pernah disebutkan sebelumnya oleh para ahli Barat. Al-Quran menjelaskan kesan berbahasanya. Contohnya adalah qaulan Sadida (QS.4 an-Nisa: 9), yang berarti komunikasi menggunakan materi dan media bahasa dengan benar; dan qaulan Ma'rufa (QS.4 an-Nisa: 8). Dengan kata lain, komunikasi harus dilakukan dengan bahasa yang menyenangkan, tidak menyinggung atau menyakiti lawan bicara sesuai dengan standar kebenaran dan kejujuran, dan tidak mengandung rahasia atau kepura-puraan. Keempat, Qaulan Maysura (QS.17 Al-Isra : 28), yang berarti berkomunikasi dengan baik dan sewajarnya agar orang tidak kecewa, dan Qaulan Baligha (QS.4 An-Nisa : 63) berarti dengan menggunakan ekspresi yang memukul, mencapai tujuan, atau membuat kesan. Dalam Quran Surat 50 Ayat 18, dia tidak mengucapkan satu kata pun; sebaliknya, ada malaikat pengawas yang berada di wilayah tersebut, selalu siap untuk mencatat.


Berdasarkan ayat di atas, Al-Quran menetapkan bahwa orang harus menjaga lidahnya sebagai dasar kesantunan lisan . Dia berbicara melalui lidah. Berkomunikasi dengan sopan memerlukan perlindungan lidah yang tepat. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjaga lidah mereka agar mereka mengucapkan kata-kata yang baik dan bermanfaat. masalah ini karena dengan menjaga lidah secara bertanggung jawab, seseorang akan mempertimbangkan makna ucapan ketidakseimbangan atau rasa bersalah dalam fisika dengan Allah SWT dan dalam fisika dengan manusia agar tidak menimbulkan permusuhan dan kebencian.

Sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam agama Islam. Menjaga lidah sebagai dasar kesantunan adalah prinsip utama dalam berkomunikasi Islami. Kata-kata disampaikan melalui lidah, yang harus digunakan dengan hati-hati. Lidah memiliki peran sentral dalam menyampaikan kata-kata, dan penggunaannya yang bijak dapat membentuk interaksi yang penuh berkah.


1. Menjaga Kata-Kata

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline