Konsep Kematangan dan Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik
Konsep Kematangan
Setiap individu memiliki pertumbuhan dan tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Individu yang mencapai usia dewasa bisanya akan berusaha mencapai tingkat kematangan sehingga memiliki cirri tertentu dalam kematangan. Menurut Monks kematangan didefinisikan sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan tertentu dan kemampuan untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi sebagai hasil pertumbuhan.
Allport mendefinisikan kematangan diri (maturity self) merupakan hasil dari keselarasan antara fungsi-fungsi fisik dan psikis sebagai hasil dari pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Maslow, kematangan diri seseorang ditandai dengan kemampuannya dalam mengaktualisasikan diri, yaitu menggunakan dan memanfaatkan secara utuh seluruh bakat, kapasitaskapasitas, potensi-potensi dan sebagainya.
P. Tillich juga memberikan pandangan bahwa kematangan diri biasanya ditandai dengan adanya keberanian untuk hidup, sifat yang mandiri dari individu, serius, tekun, rasa tanggung jawab, serta dapat menerima kenyataan hidup. Menurut Gordon Allport, kepribadian yang matang dan sedemikian sehat dimengerti sebagai sosok pribadi yang selalu berjuang demi masa depan dengan mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian tanpa dipengaruhi oleh ketidaksadaran atau pengalaman kanak-kanak.
Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik
Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang menekankan pada perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut lahir dari proses belajar karena adanya stimulus, respon dan pengkondisian (Deni Hardianto, 2012).
Sebab dalam proses pembelajaran terdapat hubungan stimulus -- respon yang saling mempengaruhi dalam pembentukan sikap siswa melalui sikap pasif setiap siswa melalui metode latihan atau pembiasaan yang sering dilakukan pada saat proses belajar mengajar. Konsep belajar dalam teori behaviorisme muncul karena tidak adanya kepuasan terhadap teori psikologi kekuasaan dan teori keadaan mental.
Hal ini terjadi karena sebelumnya ada aliran yang menekankan kesadaran psikologis pada seseorang pada psikologi dan naturalisme ilmiah, sehingga muncullah aliran baru ini. Kesadaran jiwa atau ciri-ciri wajah tidak dapat diprediksi melalui jiwa itu sendiri. Karena sebenarnya kesadaran jiwa merupakan respon psikologis yang menjadi titik tolak dalam diri seseorang yang perlu dicermati.
Teori humanis menekankan kasih sayang dalam pembelajaran, namun tidak ada emosi tanpa kognisi dan tidak ada kognisi tanpa emosi. Menggabungkan materi dan perasaan kadang-kadang disebut "pengajaran rangkap tiga".
Ajaran tingkat satu adalah fakta, tingkat dua adalah konsep, dan tingkat tiga adalah nilai. Hubungan antara fakta, konsep dan nilai dapat digambarkan dengan piramida. Dasar piramida yang lebar mewakili fakta; konsep mewakili pemahaman dan kesimpulan yang diperoleh dari fakta, sedangkan puncak piramida mewakili nilai.