Lihat ke Halaman Asli

Najwah Ap

Mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Pelajar penyuka sastra dan bahasa asing.

Pembalasan | Bagian 2

Diperbarui: 15 Maret 2020   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     "Cuma masalah kipas angin doang, kenapa kalian gitu banget?" Ujar si gadis yang sedari tadi hanya diam. 

     "Bacot lu!" 

     Ia menghela napas. Mereka membela yang salah, membela temannya mati-matian sampai membuat manusia tak bersalah itu sakit hati. Mau tahu betapa sabarnya gadis ini menahan hasrat membunuh? Sabar sekali. Padahal, berkali-kali tangannya hendak mengambil gunting di kolong meja. 

     Ia menatap sahabatnya yang nampak marah itu. Mau membela diri pun tak bisa, kerumunan anak itu sangat anarkis. Yang bermasalah sih hanya dua orang, tetapi yang membela sebumi pertiwi. Lucu sekali anak-anak bodoh itu. 

     Padahal, hanya karena kipas angin yang katanya, sih "barisan gue gak kena" itu, walau sebenarnya sudah pernah gadis itu bilang "matikan saja kalau mau". Ya, daripada ribut, bukan? Lebih baik dimatikan saja, kipas harga tiga ratus ribu itu bahkan bisa ia beli sendiri. Untuk apa juga diributkan? 

     Tetapi, kata-kata kurang ajar dan hinaan yang diberikan oleh mereka itu terdengar bagai gaungan tak henti-henti. Ya, biarkanlah mereka tertawa bahagia. Karena ....

     ... Tahu tidak? Si gadis itu diam-diam merencanakan sesuatu yang hebat, lho.

***

Kalau aku bersimpuh darah, jua hilang tanpa arah

Lihat sinar disisi barat, disitulah fana datang

Entah apa artinya, kau tanamkan luka pada insan disana

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline