Lihat ke Halaman Asli

Najwa Filzah Faiza

Mahasiswa rantau di Kota Pahlawan

Tim PKM-K UDINUS Kediri Manfaatkan Kain Perca Tenun Ikat Bandar Khas Kediri Menjadi Tas 2in1

Diperbarui: 21 Juli 2024   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Mahasiswa program studi Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Kediri yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) tahun 2024 membuat inovasi  dengan memanfaatkan kain perca dari Tenun Ikat Bandar khas Kediri untuk diproduksi ulang menjadi tas multifungsi. Tim PKM-K yang dikenal dengan nama NOUERO ini memproduksi tas 2in1, yakni dengan menggabungkan 2 model tas punggung (backpack) dan tas jinjing (totebag) dalam 1 produk. Inovasi ini bermula dari trend penggunaan totebag di kalangan generasi muda yang ramai peminat, namun di sisi lain banyak tanggapan tentang efek samping menggunakan totebag dengan jangka waktu yang lama yang kurang baik bagi bahu. Dari berbagai trend yang muncul, tim PKM-K NOEURO mengembangkan tas 2in1 yang mana dapat digunakan sebagai backpack maupun totebag sesuai keinginan penggunanya.

Tim PKM-K NOEURO juga menyertakan ikon Kota Kediri di setiap produknya berupa kain perca dari Tenun Ikat Bandar yang bertujuan untuk mengenalkan kebudayaan khas Kota Kediri kepada generasi muda sekaligus sebagai upaya pelestarian kebudayaan daerah. Tenun Ikat Bandar sendiri telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Jawa Timur pada tahun 2022. Tenun ikat sudah ada sebelum Indonesia merdeka, tepatnya sekitar abad 11-13 Masehi, yakni pada masa pemerintahan Kerajaan Kediri. Kemudian, warga keturunan Tionghoa mulai mengembangkan tenun ikat pada tahun 1950-an dengan membuka usaha tenun yang bermodalkan 200 alat tenun serta ratusan pengrajin. 

Karakteristik utama dari Tenun Ikat Bandar adalah produksinya tidak menggunakan mesin, melainkan dengan tenaga manusia sepenuhnya. Oleh karena itu, Tenun Ikat Bandar seringkali disebut dengan Tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Didampingi oleh Ibu Erba Lutfina, S.Kom., M.Kom., tim PKM-K NOEURO yang diketuai oleh Rosa Karisma Ayuningrum dan beranggotakan Zulita Lutfiana, Maslinda Nora Nurrohmah, serta Gery Gadman R. ini berkolaborasi dengan pengrajin Tenun Ikat Bandar khas Kediri yang berpusat di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.

"Kami membuat inovasi ini karena banyak orang di sekitar kami mengeluh tentang adanya kain perca yang menumpuk, mulai dari kain biasa hingga kain tenun. Oleh karena itu, kami membuat inovasi tas 2in1 menggunakan kain perca Tenun Ikat Bandar khas Kediri dan juga karena sekarang sedang trend generasi muda memakai kain tradisional untuk dijadikan style," ucap Zulita Lutfiana.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh tim PKM-K NOEURO dengan Ibu Siti Ruqoyah selaku pemilik usaha Tenun Ikat Medali Mas, kain perca dari Tenun Ikat khas Bandar ini memiliki beragam motif, di antaranya:

  1. Motif Lung yang menggambarkan tanaman menjalar dan berarti jalannya kehidupan yang terus berkembang sepanjang waktu

  2. Motif Tirto Tedjo yang menggambarkan pasang surutnya kehidupan nantinya akan membawa manusia menuju hidup yang lebih bahagia

  3. Motif Salur yang menggambarkan kesederhanaan, kehidupan yang tertata rapi dan disiplin, serta mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup

Selain motif-motif tersebut, kain Tenun Ikat khas Bandar biasanya juga identik dengan motif gunungan yang identik dengan gambar pegunungan, motif ceplok yang bergambar bunga, dan motif wajik yang berbentuk segi empat. Semua motif yang ada dalam Tenun Ikat khas Bandar memiliki filosofi yang semakin menambah daya tariknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline