Lihat ke Halaman Asli

Najwa Aurora Nisrina Hadi

Mahasiswa Universitas Airlangga

Toxic Relationship: Tinggalkan Sebelum Terlambat!

Diperbarui: 1 Juni 2024   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Pernahkah anda mendengar istilah toxic relationship atau bahkan anda sedang mengalaminya?

Suatu hubungan yang terjalin antara dua orang harusnya dapat memberikan afeksi positif satu sama lain. Hal ini dapat berupa dukungan yaitu saling menyayangi, saling peduli dan saling menjaga dalam kondisi sehat atau sakit serta senang atau susah, saling terbuka, saling mendukung untuk berkembang antara satu sama lain, saling berjuang bersama-sama dalam menjalani hubungan tersebut, dan saling menghargai perbedaan yang ada. Akan tetapi, alih-alih saling mendukung dan menjalani hubungan yang sehat, masih banyak orang yang terjebak dengan hubungan yang beracun dan mendapatkan sikap dan emosi buruk dari pasangannya. Emosi buruk ini dapat menyebabkan adanya perasaan terancam dan tidak nyaman yang dirasakan oleh salah satu pihak sehingga menyebabkan hubungan tidak bisa berkembang menuju ke arah yang lebih baik atau yang biasa disebut dengan Toxic Relationship. 

Toxic relationship adalah suatu keadaan dimana seseorang terjebak di dalam hubungan yang tidak sehat atau toxic yang mengakibatkan pada kesengsaraan salah satu pihak. Menurut Nurifah  (2013)  toxic  relationship adalah  hubungan  di  mana  terdapat  perilaku beracun dari salah satu pasangan dalam hubungan yang  dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis seseorang. Toxic relationship bisa ditemukan dalam hubungan asmara atau bahkan pertemanan serta tidak melihat waktu berapa lama mereka menjalin hubungan tersebut.

Nah bagaimana ciri-ciri dari toxic relationship?

Menurut Dr. Nurlaila Effendy, M.Si ciri-ciri toxic relationship antara lain merasa tidak aman, adanya kecemburuan, keegoisan, ketidakjujuran, sikap merendahkan, berkomentar negative, dan mengkritik. Hal ini menyebabkan korban dapat merasakan kesulitan dalam menjalani hidup produktif dan sehat. Sedangkan oknum yang melakukan tidak merasa bahwa tindakan yang dilakukan termasuk salah dan berujung menyakiti pasangannya. Mereka cenderung merasa diri mereka selalu benar sehingga mereka tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya. Akibat yang ditimbulkan tidak hanya terjadi pada korban saja, namun juga berdampak terhadap orang dan lingkungan di sekitarnya.

Adapun beberapa penyebab toxic relationship antara lain yaitu karena adanya gangguan mental dan keseimbangan emosi yang tidak stabil salah satu pihak. Hal ini bisa mengakibatkan orang tersebut suka bertindak impulsif dan tidak memikirkan baik atau buruknya tindakan tersebut. Selain itu, penyebab toxic relationship juga bisa dikarenakan karena adanya ketidakseimbangan komunikasi serta dominasi dari salah satu pihak. Adanya ketidakseimbangan komunikasi akan berujung pada komunikasi satu arah, tidak adanya hubungan timbal balik, dan sering terjadi kesalahpahaman sehingga akan timbul ketidaksetaraan suatu hubungan. Sedangkan dominasi pada salah satu pihak dapat memungkinkan si pihak dominan dengan keras kepala dan tidak mau mengalah atau tidak mau posisinya sebagai "penyetir hubungan" tergantikan. Apabila yang bertindak sebagai si dominan adalah laki-laki, maka nantinya akan timbul lah sifat-sifat patriarki dalam hubungan.

Toxic relationship tentu saja menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan mental manusia dan menimbulkan perasaan down pada korban, korban menjadi sering merasa bersalah, tidak memiliki kepercayaan diri, merasa tidak dicintai, terpuruk sehingga tidak dapat menjalani hari-hari dengan produktif, hingga menimbulkan traumatis. Korban akan bersikap rendah diri dan selalu merasa bahwa dirinya mempunyai banyak kekurangan serta tidak bisa menjadi dirinya sendiri sehingga mengakibatkan si korban merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk menerima cinta dari orang lain. Adanya kekangan dari pihak pelaku menyebabkan si korban tidak bisa melakukan pengembangan diri dan menjalani hari dengan produktif. Selain itu, korban juga akan selalu merasa overthinking setiap saat karena cemas apabila hal yang dilakukannya tidak sesuai ekspektasi pasangan. Sebagai dampak jangka panjangnya, toxic relationship dapat menimbulkan rasa traumatis bagi korban ketika akan menjalani hubungan dengan orang baru.

Toxic relationship memiliki banyak sekali kerugian, baik itu bagi orang yang menjalani hubungan tersebut maupun bagi lingkungan di sekitar. Sadari bahwa diri kalian itu sangat berharga di hidup orang lain. Maka dari itu, pilihlah orang yang tepat, sayangi diri sendiri, fokus pada tujuan positif dan mimpimu, sadar dan menjauhlah sebelum terlambat!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline