Lihat ke Halaman Asli

Menggali Potensi Teknologi untuk Meningkatkan Pengalaman Keagamaan

Diperbarui: 10 Juli 2023   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Revolusi industri telah membawa kemajuan teknologi dari mekanisasi hingga kecerdasan buatan. Dari penggunaan tenaga uap hingga ke sistem informasi dan otomatisasi, teknologi terus berkembang untuk meniru dan melampaui kemampuan manusia. Dalam era revolusi industri keempat, terobosan terbaru, seperti kecerdasan buatan, mengubah cara kita hidup dan bekerja. 

Penggunaan teknologi kecerdasan buatan memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengalaman keagamaan. Melalui teknologi ini, masyarakat dapat mengakses sumber-sumber keagamaan dengan lebih mudah dan modern. Dengan menggunakan aplikasi dan platform berbasis kecerdasan buatan, seperti aplikasi Qur'an online atau chatbot keagamaan, individu dapat membaca al-Qur'an, mendapatkan penjelasan agama, dan berpartisipasi dalam diskusi keagamaan secara interaktif dan personal. Fitur-fitur seperti pengingat waktu sholat dan penunjuk arah kiblat juga membantu pengguna dalam menjalankan ibadah dengan lebih praktis, bahkan saat sedang dalam perjalanan.

Adanya kemajuan teknologi kecerdasan buatan, masyarakat saat ini dapat mengalami pengalaman keagamaan yang lebih kaya, praktis, dan sesuai dengan kebutuhan pribadi mereka. Aksesibilitas terhadap sumber-sumber keagamaan meningkat melalui platform digital, aplikasi ponsel pintar, dan mesin pencari yang diperkaya oleh kecerdasan buatan. Hal ini memungkinkan individu untuk mendapatkan informasi, mempelajari keyakinan, dan menjalankan praktik keagamaan dengan lebih baik. 

Teknologi kecerdasan buatan juga dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan dalam praktik keagamaan. Sistem kecerdasan buatan dapat memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi individu, membantu mereka terlibat secara pribadi dengan keyakinan dan praktik keagamaan. 

Misalnya, aplikasi keagamaan dapat memberikan panduan dan nasihat yang sesuai dengan keinginan individu dalam menjalankan ibadah harian. Selain itu, kecerdasan buatan memfasilitasi pembelajaran dan diskusi yang lebih interaktif dalam memahami dan menjalankan ajaran agama. 

Melalui platform pembelajaran online yang didukung oleh kecerdasan buatan, individu dapat mengakses materi belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Sistem kecerdasan buatan dapat menganalisis preferensi dan kemajuan belajar individu, memberikan konten yang sesuai secara personal, dan memfasilitasi diskusi antara individu dengan minat dan keyakinan keagamaan yang sama.

Kecerdasan buatan dapat menjadi alat bantu bagi ulama dalam menghasilkan pendapat hukum. Dengan kemampuannya dalam memahami dan menganalisis informasi, kecerdasan buatan dapat membantu dalam memproses pertanyaan-pertanyaan hukum yang diajukan oleh individu atau masyarakat. Substansi fatwa adalah pendapat hukum yang diberikan oleh seorang ulama (faqih) kepada seseorang atau masyarakat yang mengajukan pertanyaan mengenai hukum kasus yang dialaminya tanpa bersifat mengikat (Adji, 2023).

Tuhan tidak melarang manusia untuk terus mengembangkan kecerdasan dan kemampuan berpikirnya. Namun, manusia perlu tetap sadar diri agar tidak terjebak dalam keinginan untuk menjadi seperti Tuhan. Albert Einstein, seorang ilmuwan hebat, pernah mengatakan bahwa "Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh" (Najoan, 2022). Oleh karena itu, dalam kemajuan teknologi, agama juga perlu berkembang sesuai dengan perkembangan dunia saat ini. 

Namun, penting untuk menjaga arah dan posisi agama agar tidak terhilang. Agama memiliki peran penting sebagai sumber harapan dan panduan yang pasti dalam masa ketidakpastian ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama harus menjadi pedoman dan tuntunan dalam pengembangan teknologi agar kemanusiaan dan keselamatan ciptaan Tuhan tetap terjaga. Oleh karena itu, kita memiliki tanggung jawab sebagai manusia bebas untuk tidak terpengaruh oleh sikap arogan dalam penggunaan teknologi. 

Kita perlu memanfaatkan teknologi dengan bijaksana sesuai dengan nilai-nilai agama. Agama juga harus terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi tetap mempertahankan tujuan dan prinsip-prinsip yang tetap relevan. Agama dapat memberikan pedoman moral, etika, dan nilai-nilai yang relevan dalam penggunaan teknologi. Dengan demikian, kita dapat menjalankan tanggung jawab kita sebagai manusia dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pengembangan dan penggunaan teknologi. 

Agama sebagai sumber harapan dan arah yang pasti dapat memberikan landasan moral bagi kita dalam menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian dalam dunia teknologi (Khoirunnisa et all., 2023). Dengan menjaga keseimbangan antara agama dan ilmu pengetahuan, kita dapat memanfaatkan teknologi secara bertanggung jawab dan menjaga keselamatan ciptaan Tuhan. Hal ini sesuai juga dengan apa yang disabdakan nabi SAW walaupun tidak spesifik mengenai masalah AI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline