Tak hanya media cetak/digital. Secara tak sadar, media musik menjadi salah satu media yang berpotensi dalam segala hal, salah satunya menjadi wadah akulturasi budaya di kalangan gen z yang sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang.
Bersua Lewat Lagu
Baru-baru ini seorang penyanyi wanita Indonesia yang berbakat Lyodra Margareta Ginting atau yang biasa disapa dengan Lyodra Ginting kembali mengharumkan nama bangsa dengan memenangkan sebuah penghargaan sebagai Asia Celebrity yang diadakan di ajang Asia Artis Awards (AAA) 2022 di Jepang. Ia membawakan lagu Sang Dewi disana.
Siapa sangka bahwa musiknya ini bisa mengharumkan nama bangsa sekaligus menjadi alat pertukaran budaya secara implisit? Dengan musik yang dikemas sedemikian rupa membuat para penonton dan penggemar asing menjadi terhibur serta mengapresiasi karyanya. Dengan mengunggah kembali video penampilan Lyodra di berbagai sosial media membuatnya mendapat banyak cuitan positif, bahkan menghafalkan lirik dengan bahasa Indonesia. Ini merupakan hal yang patut dibanggakan.
Dalam pertukaran budaya, media berperan penting sebagai wadah untuk menyampaikan pesan. Salah satu sifat media adalah dinamis, karena itu media selalu berevolusi seiring berkembangnya zaman yang menjadi faktor pendorong berkembangnya akulturasi budaya. Selain media cetak/media digital, media musik merupakan salah satu yang berdampak besar dalam akulturasi budaya. Saat ini media musik/lagu tak hanya semerta-merta menjadi media hiburan, namun juga menjadi salah satu media pertukaran budaya secara implisit.
Mengapa demikian? Karena new media memberikan sebuah kerangka berpikir untuk setiap manusia yang ingin membebaskan dirinya dari segala macam aturan yang membatasi ruang geraknya, dan ingin terlepas dari segala macam aturan tersebut, yang seringkali tidak bisa dihindari (Alatas, 2013). Faktor inilah yang menyebabkan seringkali terjadinya pertukaran budaya yang tidak disadari.
Transformasi masyarakat yang begitu cepat karena dampak dari konvergensi media baru dan globalisasi secara langsung mempengaruhi pembangunan serta pengembangan identitas budaya. Perkembangan media baru dan globalisasi tidak hanya menerobos batas waktu dan ruang tradisional, tetapi juga bisa menantang makna identitas budaya (Alatas, 2013).
Contohnya ketika gen z mendengarkan lagu luar negeri yang bergenre RnB Soul, karena mereka menyukai musik tersebut pasti mereka akan menghafalkan liriknya untuk menikmatinya. Entah dengan bahasa apa yang digunakan, ia akan mendengarkan dan memaknai lagu yang ia dengar. Ini merupakan implementasi akulturasi budaya secara tersirat melalui media musik. Dengan perkembangan itu, budaya musik akan terus berubah dan terus menyesuaikan.
Media musik berpotensi besar dalam akulturasi budaya. Selain menjadi hiburan, media musik juga merupakan media yang paling dekat dengan gen z sebagai generasi penerus bangsa serta sebagai wadah untuk mengenalkan Indonesia ke mata dunia. Dalam survei yang digelar IDN Research Institute dan Populix. Hasil riset menemukan fakta bahwa 94% responden Gen Z merupakan pendengar musik melalui gadget. Ini merupakan suatu pembuktian bahwa media musik merupakan salah satu media yang paling dekat dengan gen z. Dengan begitu, potensi akulturasi budaya yang ditimbulkan akan semakin meluas.
Lantunan Indah Berbuah Manis
Apakah akulturasi budaya melalui media musik benar-benar terjadi? Faktanya musik tak hanya sekedar lantunan melodi, tapi musik memiliki pesan dan makna nya sendiri. Pesan yang disampaikan dengan diiringi melodi yang indah kerap kali memikat hati pendengar. Ketika pendengar terpikat akan musik tersebut, pendengar tak akan peduli dengan bahasa apa lagu dinyanyikan atau berasal dari mana lagu tersebut, alih-alih akan lebih fokus menikmati dan menerima makna yang disampaikan.
Apakah akulturasi dalam media musik sekedar perbedaan bahasa? Tentu tidak. Masuknya genre musik baru juga merupakan salah satu dampak akulturasi budaya musik yang membanjiri dunia tarik suara tanah air, contohnya seperti lagu-lagu bergenre RnB Soul yang kembali marak didengarkan.