Generasi Z cenderung tidak bekerja dengan serius, mereka ingin memiliki banyak uang tetapi malas saat bekerja -anonim
Banyak orang mengira bahwa generasi Z cenderung malas, namun sebenarnya dengan menerapkan perilaku organisasi yang tepat di bidang perumahsakitan, kinerja generasi gen z tidak kalah hebat dengan generasi lainnya contohnya dengan generasi milenial.
Di rumah sakit penerapan konsep perilaku organisasi sangat penting untuk mencapai kinerja optimal sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang kompleks. Dengan karyawan yang berkinerja baik, kualitas layanan kepada pasien dapat meningkat, pada akhirnya akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi operasional rumah sakit secara keseluruhan.
Hasil penelitian Herzberg (1966) mengenai motivasi karyawan menyatakan bahwa elemen-elemen seperti penghargaan dan prestasi dapat meningkatkan motivasi individu intrinsik dan membawa manfaat positif pada kepuasan kerja. Studi di lingkungan rumah sakit menemukan bahwa perawat yang menerima pengakuan atas kinerja mereka cenderung lebih puas dan termotivasi. Hal ini berdampak pada pemberian layanan pasien yang lebih baik.
Salah satu teori motivasi yang dapat digunakan untuk memahami faktor yang mendorong karyawan di berbagai tingkatan karir adalah Hierarki Kebutuhan Maslow. Misalnya, kebutuhan fisik dan keamanan pekerja tingkat dasar meliputi lingkungan kerja yang aman dan upah yang pantas. Peluang untuk tumbuh dalam karier dan mencapai posisi target perusahaan dapat meningkatkan motivasi karyawan.
Penilaian kinerja yang adil dan terbuka dapat menampilkan area karyawan yang perlu diperbaiki serta mendorong mereka untuk tumbuh. Tindakan ini memungkinkan pimpinan untuk menghargai prestasi pegawai, sehingga meningkatkan kepuasan dan semangat kerja. Pelatihan dan pendidikan lanjutan bagi karyawan merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan kualitas layanan di rumah sakit. Di dunia kesehatan yang terus maju, pegawai harus terus belajar dan menyesuaikan diri dengan inovasi dan metode perawatan terkini.
Melalui kepemimpinan transformasional dengan fokus menghadirkan inspirasi, menyampaikan visi yang jelas, serta memberikan perhatian individu kepada karyawan, maka kinerja staf rumah sakit mengalami peningkatan signifikan. Pemimpin yang memperhatikan kebutuhan pengembangan profesional karyawan dan memberikan umpan balik yang konstruktif dapat membangun kepercayaan, meningkatkan semangat tim, dan meningkatkan kualitas perawatan pasien.
Komunikasi efektif antara anggota tim medis dan non-medis di rumah sakit sangat penting untuk meningkatkan hasil klinis. Penelitian menyatakan bahwa kesalahan medis yang signifikan dapat disebabkan oleh komunikasi yang tidak efektif. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh WHO (2017) menemukan bahwa rumah sakit yang memiliki budaya kerja sama yang solid antar departemen dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efisien dan tepat, terutama pada situasi darurat.
Suatu penelitian yang dipublikasikan dalam The Lancet (2020) mengungkapkan bahwa burnout merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja perawat dan dokter. Pegawai yang mengalami tingkat stres tinggi karena beban kerja berat cenderung menunjukkan penurunan kinerja dan lebih cenderung membuat kesalahan dalam merawat pasien. Program yang mengelola stres dengan mencari keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta memberikan dukungan psikologis, telah terbukti efektif dalam mengurangi burnout, meningkatkan produktivitas, dan kepuasan kerja.
Maka, untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan berkelanjutan di rumah sakit, diperlukan peningkatan motivasi yang tepat dan kepemimpinan yang akurat serta kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H