Lihat ke Halaman Asli

Andi Najmi

Pensiunan gaul

Optimisme di Tengah Ketidak-pastian Hukum

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia saat ini sedang pada tahap kritis. Beraneka ragam permasalahan kenegaraan yang merusak wajah Indonesia tidak lagi diselesaikan menurut kaidah bentuk Negara Indonesia yang merupakan Negara hukum. Jika kondisi ini tidak diperbaiki maka akan mengancam keutuhan Negara dan bisa menuju keruntuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Aneka masalah kini menggelayuti dan merongrong kewibawaan wajah hukum di tanah air. Mulai dari yang terkini kasus Nazarudin, Nunung Nurbaeti, Century, Anggodo Widjoyo, Ayin, Gayus Tambunan, dan beraneka ragam pihak lain yang sudah dengan tega mengacak-acak wajah NKRI sebagai Negara hukum. Institusi hukum mulai dari kejaksaan, pengadilan, mahkamah agung, mahkamah konstitusi semuanya berusaha dilumpuhkan dengan beragam cara, mulai penyuapan, penyanderaan para pejabatnya, dan pat gulipat dengan para advokat untuk merusak tatanan hukum yang sudah dibangun berpuluh-puluh tahun setelah kemerdekaan NKRI.

Birokrasi juga pada tahap yang memperihatinkan. Dari puncak atasan dalam pemerintahan sampai bawahan mengalami krisis kepercayaan atas apa yang sedang berjalan di republik ini. Ibarat sebuah pernyakit semua hal tersebut membutuhkan suatu operasi untuk pengangkatan organ yang rusak tersebut. Kalaupun perlu organ yang rusak itu diganti dengan organ lain agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal. Maka kondisi seperti ini perlu kerja keras untuk menyingkirkan semua pernyakit yang ada pada tubuh kita agar NKRI dapat berdiri tegak dan membuat bangga seluruh warga Negara.

Pada saat perayaan kemerdekaan Rebuplik Indonesia yang ke-66 ini, kita akan sangat miris merasakan kondisi tanah air. Para pendiri bangsa pasti sedang menangis di tempat sana melihat tanah air yang sudah didirikan dengan jiwa dan raga harus berakhir seperti ini. Di tambah lagi dengan hilangnya figur-figur panutan untuk menjadi teladan negeri ini. Sangat sedikit sekali para pejabat yang mampu menjadi tuntunan bagi warga masyarakat. Semua sibuk dengan urusan pribadi dan kelompok masing-masing. Semua ingin menampilkan dirinya yang suci dan wangi di depan khalayak, menyembunyikan bau amis yang terdapat pada saku tangannya.

Tapi kita tidak akan terjebak pada mimpi siang bolong dengan mengharapkan bahwa para pendiri bangsa akan kembali untuk memperbaiki negeri ini. Pada saat ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk bersatu kembali membangun harga diri NKRI yang sudah terkoyak habis oleh perbuatan para elit negeri. Masyarakat tetap harus bersatu membangun optimisme dari dalam dirinya sendiri, tanpa ada teladan dari para pemimpin pun sebenarnya masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri.

Ayo kita bangkit menyongsong fajar peringatan 17 Agustus 1945 dengan spirit ramadhan…DIRGAHAYU RI KE-66.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline