Lihat ke Halaman Asli

Keruntuhan Abad Kapitalisme dan Bangkitnya Dunia Islam

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“The way of life known as Western Civilization is on a death path.”

(John Mohawk, pakar sejarah Amerika di The State University of New York)

Saat ini, dunia tengah menyaksikan langkah mundur idiologi Kapitalisme menuju keruntuhan.  Amerika sebagai negara pengemban utama idiologi ini pun, telah melihat dirinya sendiri mulai hancur.  Tanda-tandanya semakin jelas. Negara adidaya ini pun terancam kehilangan pamor.

Tentang tanda-tanda kehancuran AS, Frederick F. Clairmonth mempublikasikan risalah yang berjudul ”USA : The Crumbling of Empire” yang menyorot pemborosan dan pembekakan utang AS. Clairmonth menyebut AS sebagai ”an imperialist empire” , yang pada tahun 2003 saja menghabiskan dana 400 milyar USD. Ekonominya bangkrut. Dari tahun 2007-2010, ekonomi Amerika telah kehilangan 16 triliun dolar. Tingkat pengangguran tinggi mencapai 17% dan setiap bulan 650 ribu warga Amerika kehilangan pekerjaan. Hutang perkapitanya di dunia termasuk tertinggi. Setiap warga Amerika memiliki hutang 13 kali lipat dibandingkan penghasilannya. Secara moral, Amerika pun telah hancur. Tingkat insiden AIDS sangat tinggi dan pendapatan terbanyak dari bisnis pornografi. Sementara itu di kancah Internasional, kepemimpinan Amerika dibenci di dunia. Perang yang dilancarkan Amerika di negara-negara muslim, seperti di Timur Tengah, Afrika dan lainnya tidak pernah menang.  Misalnya saja War on Terror di Iraq dan Afghanistan, AS kesulitan mengalahkan pasukan yang ada di negara tersebut. Justru membuat Amerika tampak semakin tak bermoral dan agresif.

Dalam bukunya, A New Democrazy: Alernatives to a Bankrupt World Order, Hurry Shutt, menulis bab berjudul “Capitalist Crisis and Threat to US Hegemony” . Shutt mengungkap berbagai krisis yang kini menimpa dunia pasca Perang Dingin berakhir. Krisis ekonomi, runtuhnya kekuasaan sipil di berbagai negara, meningkatnya angka pengangguran, dan kemiskinan, telah menjungkirkan optimisme yang sempat merebak beberapa tahun pada awal dekade 1990-an. Kapitalisme global ini mempromosikan nilai-nilai individualisme, materialisme, konsumerisme, dan hedonisme. Sistem yang dikembangkan idiologi Kapitalisme mengakibatkan ketidakadilan (kezaliman), kemiskinan, ketimpangan, kesenjangan menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Dengan demikian, posisi AS (pemegang idiologi Kapitalisme) yang pernah menjadi trend setter dunia dan negara adidaya kemungkinan akan tergantikan oleh pemain baru (kekuatan baru). Masalahnya siapa pemilik kekuatan baru itu yang akan menggantikan posisi AS sebagai negara adidaya?

Dengan mulai melemahnya AS, kini muncul pesaing-pesaing baru di kancah internasional. Negara-negara tersebut adalah Jerman, Jepang, India, Rusia, Cina. Meskipun Jerman dan Jepang memiliki kekuatan ekonomi, kedua negara tersebut tidak akan menguasai dunia karena ambisi mereka sudah hancur sejak PD II. Sedangkan India lebih berkonsentrasi untuk berperan sebagai pelayan kepentingan AS. Rusia, lebih berposisi defensif dalam menjaga wilayahnya. Cina, pertumbuhan ekonominya masih tergantung sumber daya  alam yang dimiliki Timur Tengah, Afrika dan AS. Cina juga tidak berambisi global. Sehingga sampai sekarang AS masih mampu menjadi satu-satunya negara adidaya yang mendominasi dunia. Karena belum ada negara idiologis lain yang memiliki jumlah populasi besar, ekonomi dan militer yang kuat dan lokasi geografis yang strategis.

Ternyata kekuatan ekonomi yang dimiliki negara-negara tersebut tidak mampu untuk menggantikan posisi AS menjadi negara adidaya dengan kekuatan global. Karena ekonomi tanpa tujuan politik dan ambisi global akan menjadikan negara itu menjadi pemimpin perdagangan global, namun bukan sebagai kekuatan global yang sebenarnya (Adnan Khan, 2009).

Dunia pun mengarah pada kekuatan Islam. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini telah terjadi kebangkitan intelektual dan politik di Dunia Islam. Bahkan para peneliti Barat pun berkesimpulan bahwa bangkitnya Islam dan Khilafah adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Islam sebagai idiologi dianggap layak untuk menggantikan posisi AS karena memiliki kekuatan yang dapat memimpin dunia.

Fakta-fakta yang mendorong lahirnya Islam menjadi negara global:


  1. Islam merupakan idiologi universal yang mampu menyatukan manusia dari berbagai ras, warna kulit, bahasa dan suku. Islam layak diterapkan dan memiliki sistem kehidupan.
  2. Populasi penduduk muslim sangat besar dan tersebar di empat wilayah benua.
  3. Sebagian besar kaum muslim menempati wilayah yang strategis yang menjadi kunci pengendalian dunia.
  4. Dunia Islam memiliki kekuatan ekonomi yang besar.
  5. Dunia Islam memiliki kekuatan militer yang sangat besar.


Dunia Islam dengan kekuatan idiologi, besarnya populasi yang tersebar di seluruh benua, kekuatan  kendali terhadap benua, kekuatan ekonomi dan militer merupakan realita yang tidak dapat dipungkiri untuk menjadi negara global terkemuka di dunia. Pertanyaanya, mengapa sampai sekarang Islam belum juga menjadi negara pemimpin yang terkemuka? Kendala yang dihadapi umat Islam dalam menegakkan kembali Khilafah antara lain:


  1. Penerapan sekulerisme Barat dan peraturan buatan manusia serta tidak diimplementasikannya idiologi Islam dan sistem Islam.
  2. Perpecahan umat Islam akibat racun nasionalisme.
  3. Kezaliman dan pengkhianatan para penguasa muslim di dunia Islam, yang dibayar dan boneka dari kaum kuffar penjajah Barat.
  4. Belum dipahaminya Islam sebagai idiologi yang layak intuk menggantikan posisi AS oleh berbagai elemen masyarakat.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline