Berita selingkuh, akhir waktu ini sedang cukup sering terdengar dari para publik figur Indonesia. Benar-benar kacau hubungan jika salah satu dari dua orang dalam pasangan tersebut berpaling secara diam-diam dan mencari hal lain yang tidak dimiliki oleh pasangannya. Selingkuh adalah tindakan yang menyakiti pasangan secara emosional dan mental dalam suatu hubungan. Akibat selingkuh, korban dapat merasa insecure, hingga bertanya-tanya tentang self worth dirinya. Alasan orang berselingkuh tidak selalu tentang ingin mencari seseorang yang lebih baik dari pasangannya, juga ada alasan lain, seperti pasangan mulai bosan dengan hubungan yang monoton, atau juga pasangan yang terlalu overprotective dan sang pelaku hanya ingin mendapatkan kebebasan, namun ada juga seseorang yang selingkuh karena haus afeksi dan haus falidasi yang mungkin merupakan seseorang yang narsistik, dan beberapa alasan yang sebenernya tidak terlalu jelas. Dikutip dari Kompas.com, ada beberapa orang yang berselingkuh karena pengalaman hidup yang membuatnya melakukan tindakan tersebut, seperti ia pernah diselingkuhi pasangan sebelumnya.
Selanjutnya tentang mengapa seseorang berselingkuh dari laman tersebut karena:
Melihat orang tua yang berselingkuh
Menurut Mitzi Bockmann seorang pelatih cinta dan kebidupan bersertifikat asal New York, ia pernah mendapati klien yang berselingkuh karena memiliki orang tua yang berselingkuh yang berakhir menghancurkan keluarganya.
Awalnya klien tersebut bertekad tidak akan berselingkuh saat menikah. Namun setelah 10 tahun menikah, sang klien merasa kesulitan. Dan sang klien selalu mencoba menerma bahwa kehidupan cinta sudah berakhir dan harus bertahan. Bukan mendapatkan kebahagian dalam pernikahan, sang klien justru bertemu seseorang pria dalam beberapa bulan saja, dan akhirnya berselingkuh.
Dikutip dari tirto.id “Benarkah Selingkuh Berkaitan dengan Genetik Keluarga? Oleh Yonanda Nancy, berdasarkan studi oleh peneliti di Bringhamton University, New York pada 2010, ada gen tertentu yang diduga dapat memicu individu berselingkuh. Sikutip juga dari jurnal Plos One (2010) “Assocoations between Dopamine D4 Receptor Gene Variation with Both Infidelity and Sexual Promiscuity” pada jurnal tersebut, disebutkan seseorang yang memiliki jenis gen Dopamine D4 Receptor (DRD4) lebih mungkin melakukan tindakan selingkuh daripada seseorang yang tidak memiliki gen tersebut. Gen tersebut dimiliki sekitar 20 persen manusia di dunia yang diwariskan dari orang tua ke anak. Gen DRD4 juga berperan lain seperti tindakan menipu, berbohong, alkoholisme, perjudian, dan beberapa perilaku yang menyimpang jika reseptor dopamine DRD4 berpolimerfisme.
Berselingkuh untuk menyabotase hubungan
Hubungan yang awalnya baik, dapat kacau karena kurangnya rasa saling menghargai dan hubungan yang penuh pertengkaran. Lalu mereka akan saling membenci, sehingga tidak mampu melanjutkan hubungan mereka. Namun alih-alih menyelesaikan masalah dan mencoba untuk memperbaiki, mereka berpikir selingkuh dapat menjadi pelarian bagi masalah hubungan mereka.
Berselingkuh juga dapat dihubungkan dengan beberapa gangguan mental, seperti Borderline Personality Disorder (BPD), Narcissistic Personality Disorder (NPD), dll. Dikutip dari Verywell Health, jenis gangguan mental BPD dapat membuat penderita memiliki suasana hati, emosi, dan perilaku yang berubah-ubah. Kondisi ini kemudian membuat penderita melakukan perbuatan impulsive dan berisiko, perubahan suasana hati yang cepat, pikiran berlebih, hingga kecurigaan dan ketakutan berlebih. Beberapa penderita BPD yang sedang dalam hubungan, kadang mereka berpikir bahwa pasangan mereka berselingkuh, lalu tanpa mereka sadari pula mereka akan secara tidak langsung balas dendam dengan cara berselingkuh, padahal belum tentu pasangan mereka berselingkuh. Meskipun begitu, tidak semua orang yang memiliki gangguan mental BPD berselingkuh. Walaupun belum banyak penelitian yang membuktikan kaitan BPD dan selingkuh, namun gejala dan kecenderungan yang dapat meningkatkan peluang seorang BPD untuk berselingkuh.
Pada penderita Narcissistic Personality Disorder (NPD), mereka cenderung mementingkan diri sendiri, egois, tidak memiliki empati. Perselingkuhan didorong oleh ego dan perasaan harus dikagumi, kadang penderita NPD tidak menghargai kehadiran pasangannya dan terkadang juga merendahkan pasangannya. Seseorang dengan NPD selalu merasa kurang dengan hubungan yang sedang dijalani atau dengan pasangannya, sehingga mereka terdorong untuk mencari orang lain untuk mengisi kesosongan dari hubungan tersebut. Seorang NPD cenderung haus afeksi, suka memanfaatkan orang lain, dan tidak memikirkan perasaan orang lain terkait tindakan yang dilakukannya.
Gangguan mental yang lain yaitu, Histrionic Personality Disorder (HPD). Seseorang dengan HPD memiliki ciri yang serupa dengan NPD. Perbedaannya, orang dengan HPD tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, tapi juga bersifat dramatis dan senang menjadi pusat perhatian. Seseorang dengan HPD tidak mampu memiliki hubungan yang erat dengan orang lain, tetapi senang untuk menggoda, dan menggunakan penampilan menarik untuk menggoda orang lain, bahkan pasangan temannya sendiri.