BIOGRAFI SINGKAT IMAM AL GHAZALI
Imam al Ghazali adalah seorang ulama, filsuf, dan ahli ilmu kalam. Ulama besar yang dibarat dikenal sebagai algazel ini lahir di daerah thus, Persia pada tahun 450 hijriyah. Nama lengkapnya abu hamid Muhammad binmuhammad al Ghazali at tuhsi asy syafi'i.
Imam Ghazali lahir dikeluarga yang miskin. Ayahnya hanya bekerja sebagai tukang pemintal benang. Meskipun begitu, ayah al Ghazali mempunyai cita cita yang tinggi. Dia ingin kelak anaknya menjadi seorang alim yang shalih.
Imam al Ghazali memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa. Dia sangat tertarik dengan segala macam jenis ilmu. Mulai dari fikih, logika, hukum, hadits, tafsir, hingga filsafat. Namun, karena kemiskinan yang mendera keluarganya, sejak kecil al Ghazali hanya belajar kepada ayahnya sendiri. Baru Ketika menginjak dewasa, dia mulai berguru kepada beberapa ulama terkenal di sekitar kota kelahirannya.
Al Ghazali sejak kecil sudah gemar membaca buku bahkan diusia belia, ia sudah menamatkan buku karya sufi besar, abu yazid al bustani dan Junaid as sabili. Pemahaman terhadap karya karya sufi tersebut disertai ilmu agama turut membentuk kepribadian dan akhlak al Ghazali. Al Ghazali dikenal sebagai orang yang sangat menjauhi dunia, tidak sombong dan tidak suka pamer.
Atas kecintaannya terhadap ilmu, al Ghazali bahkan rela menghabiskan waktunya selama 10 tahun untuk mengembara dan berguru dengan para ulama di sejumlah negeri seperti mekkah, Madinah, palestina dan mesir. Pertemuan dengan para ulama itu makin memperkaya wawasan dan ilmu al Ghazali, hinga ia akhirnya diangkat sebagai guru besar di universitas nizamiyah di Baghdad. Tak lama kemudian, ia diangkat sebagai rektor di universitas yang sama.
PANDANGAN IMAM AL GHAZALI TERHADAPT PENDIDIKAN
Pemikiran al-Ghazali mengenai pendidikan secara umum bersifat religiusetis. Kecenderungan ini kemungkinan dipengaruhi oleh penguasaannya di bidang sufisme. Menurut al-Ghazali (1996:13), pendidikan yang benar merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pendidikan juga dapat menghantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendidikan juga sarana menebar keutamaan. Maka untuk mencapai hal itu dunia pendidikan harus memperhatikan beberapa faktor yang cukup urgen. AlGhazali (1996:13) berpandangan bahwa pendidikan harus menempatkan ilmu pengetahuan pada posisi yang sangat terhormat. Maka penghormatan atas ilmu merupakan sesuatu keniscayaan dan pasti.
Tujuan pendidikan menurut alGhazali mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan, kepandaian, dan daya pikir; aspek apektif, yaitu meliputi pembinaan hati, seperti pegembangan rasa, kalbu, dan rohani; dan aspek psikomotorik, yaitu pembinaan jasmani, seperti kesehatan badan dan keterampilan. Al-Ghazali secara eksplisit menempatkan dua hal penting sebagai orientasi pendidikan; pertama, mencapai kesempurnaan manusia untuk secara kualitatif mendekatkan diri kepada Allah SWT; kedua, mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pendidik dalam perspektif al-Ghazali adalah pribadi yang menguasai suatu disiplin ilmu dan mampu mengamalkannya. Al-Ghazali (t.t.:12) mengatakan dalam kitab al-Munqidz min al-Dhall sebagai berikut: "Kini aku mempunyai tekad yang kuat untuk mereformasi diriku sendiri dan juga orang lain. Aku memohon kepada Allah SWT agar terlebih dahulu memperbaharui perilaku diriku sendiri. Kemudian menggunakan diriku sebagai agen pembaruan. Aku juga memohon agar Allah SWT membimbing diriku, kemudian menggunakan diriku sebagai alat pemberi bimbingan".
Al-Ghazali memberikan tempat terhormat terhadap profesi mengajar. Ia banyak mengutip teks al-Qur'an dan alHadits untuk memperkuat argumentasinya bahwa profesi guru merupakan tugas yang paling utama dan mulia. Al-Ghazali (1996:86), dalam kitab Ihy 'Ulmuddn sendiri telah menyejajarkan pendidik dengan para nabi, sebagaimana ditulis: Makhluk Allah yang paling utama di atas bumi adalah manusia. Bagian manusia yang paling utama adalah hatinya. Sedangkan seorang pendidik sibuk memperbaiki, membersihkan, menyempurnakan dan mengarahkan hati agar selalu dekat kepada Allah SWT. Maka mengajar ilmu adalah ibadah dan pemenuhan tugas sebagai khalifah Allah, bahkan merupakan tugas kekhalifahan Allah yang paling utama.