Beberapa tahun belakangan ini indonesia sedang dihebohkan dengan isu masalah kesehatan stunting yang banyak terjadi pada anak. Berdasarkan SSGI Kementerian Kesehatan, mayoritas kasus stunting di Indonesia ditemukan pada anak rentang usia 24-35 bulan. Kemudian, kasus stunting di kelompok usia lahir mencapai 18,5%, usia 0-5 bulan 11,7%, dan 12-23 bulan mencapai 22,4%. Anak usia 36-47 bulan yang mengalami stunting sebesar 22,5%, dan usia 48-59 bulan mencapai 20,4%. Sedangkan pada tahun 2022, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.
Banyaknya jumlah stunting di Indonesia dikarenakan kurangnya informasi pada masyarakat tentang pentingnya memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak dibawah usia dua tahun. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi seimbang serta pemberian ASI yang kurang tepat.
Jadi, Apakah stunting itu? Stunting adalah gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan kurang gizi yang berlangsung kronis. Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi karena kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
Beberepa penyebab terjadi stunting antara lain, kurang gizi dalam waktu lama, plah asuh anak kurang efektif, pola makan anak, tidak melakukan perawat pasca melahirkan, sakit infeksi berulang, dan factor sanitasi. Beberapa pernyebab tersebut terjadi karena kurangnya penyuluhan terhadap masayarkat sekitar tentang pentingnya asupan gizi yang sesuai untuk anak.
Beberapa cara penecegahannya adalah memahami konsep gizi anak, pola makan anak, dan perawatan yang baik untuk anak. Seperti, konsumsi asam folat dan melakukan pemeriksaan rutin pada anak. Cara tersebut bisa terwujud dengan diadakannnya penyuluhan terhadap masyarakat melalui badan Kesehatan pemerintah atau para remaja/ masyarakat yang ahli dalam bidang tersebut. Serta meningkatkan semangat literasi kepada masyarakat.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H