Lihat ke Halaman Asli

Najla Rafifah Dliaulhaq

Mahasiswi Jurusan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Solusi Ramah Lingkungan: Inovasi Plastik Biodegradable dari Pati Singkong

Diperbarui: 7 Juni 2024   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

          Plastik konvensional merupakan material yang terbuat dari bahan baku minyak bumi atau bahan baku fosil lainnya yang terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui, pada proses pembuatannya melibatkan penggabungan (polimerisasi) molekul-molekul kecil menjadi rantai panjang polimer. Beberapa karakteristik dari plastik konvensional yaitu, sangat fleksibel, ringan, mudah digunakan, harganya terjangkau, tahan terhadap korosi, sulit terurai (500-1.000 tahun), dan lain sebagainya.  Terdapat banyak jenis dan kegunaan dari plastik konvensional dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :

  • Polietilen (PE), digunakan dalam produk kantong belanja, botol minuman, dan bungkus makanan.
  • Polistirena (PS), digunakan dalam produk styrofoam, wadah makanan, dan gelas.
  • Polipropilena (PP), digunakan dalam kemasan makanan dan peralatan rumah tangga.
  • Polietilen Tereftalat (PET), digunakan dalam kemasan makanan, serat tekstil, dan botol minuman.

Dari berbagai jenis dan kegunaan yang telah disebutkan di atas, plastik konvensional paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk kemasan.

https://www.rumahmesin.com/plastik-kemasan/

          Pada artikel yang ditulis oleh Martaningtyas pada 2004 dikatakan bahwa sekitar 100 juta ton plastik diproduksi dunia setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan di berbagai sektor industri dan sekitar segitu pula limbah plastik yang dihasilkan setiap tahunnya. Data yang diperoleh dari  Asosiasi Industri Plastik Indonesia dan Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 menyatakan bahwa jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun. Masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah plastik ini telah menjadi isu global yang mendesak dan menimbulkan kekhawatiran bagi keseimbangan ekosistem bumi. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan mengenai limbah plastik, inovasi pembuatan plastik biodegradable telah menjadi fokus utama.

          Plastik biodegradable merupakan plastik yang dirancang dapat terurai secara alami dalam kondisi lingkungan tertentu oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau alga. Bahan dasar dalam pembuatan plastik biodegradable berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui, salah satunya yaitu umbi singkong. Pemanfaatan singkong sebagai bahan baku dalam pembuatan plastik biodegradable karena singkong merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia, mudah diperoleh, harganya cukup terjangkau, serta memiliki kandungan pati yang cukup tinggi mencapai 90%.

https://yentit.com/cara-membuat-plastik-dari-singkong/

          Penelitian mengenai plastik biodegradable yang dilakukan oleh Elza Veranita Natalia dan Muryeti menggunakan pati singkong dan kitosan sebagai bahan utamanya, membutuhkan plastisizer seperti gliserol dan CMC (carboxymethyl cellulose concentration) dalam pembuatannya. Plastisizer perlu ditambahkan ke dalam pembuatan plastik biodegradable untuk memperbaiki sifat mekanik dari plastik biodegradable, meningkatkan fleksibilitasnya, dan menurunkan kekakuan dari polimer, sedangkan CMC dapat meningkatkan kemampuan pengikatan air dan meminimalkan pengerutan pada plastik karena mampu berikatan dengan air. Dalam penelitiannya terdapat tiga tahapan, yaitu pembuatan pati singkong, pembuatan plastik biodegradable, dan karakterisasi plastik biodegradable (analisis uji kuat tarik, elongasi, transparansi, biodegrabilitas, ketahanan air, dan anti bakteri).

          Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin banyak penggunaan plastisizer gliserol maka terjadi penurunan nilai kuat tarik dan kenaikan pada nilai elongasi, serta penggunaan CMC dapat menstabilkan larutan plastik dan kitosan mempengaruhi tingkat persentase pada transparansi, dan membantu proses degradasi pada tanah.

          Proses biodegradasi ini dapat mengurangi dampak negatif dari plastik terhadap lingkungan karena plastik biodegradable akan terurai menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana dan tidak menimbulkan bahaya, seperti air, karbon dioksida (CO2), dan biomassa. Jangka waktu yang diperlukan untuk terurai lebih singkat sekitar 2-6 bulan dibandingkan dengan plastik konvensional.

          Walaupun memiliki berbagai keuntungan seperti lebih ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil, dan lebih aman untuk kesehatan, tetapi masih terdapat berbagai tantangan dalam produksi plastik biodegradable dari pati singkong, diantaranya biaya produksi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan membuat plastik konvensional serta infrastruktur untuk mendukung biodegradasi yang efektif masih perlu pengembangan lebih lanjut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline