Lihat ke Halaman Asli

Berpihak Pada Sonya

Diperbarui: 8 April 2016   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Psikologi remaja sangan kompleks, ditandai dengan perilaku-perilaku "khas" yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana ketika remaja kita pernah membanggakan Bapak, paman, saudara yang hebat kepada teman-teman dengan maksud meninggikan gengsi atau melindungi diri.

Sonya Depari baru lulus SMA, perilakunya yang menyebut-nyebut Pamannya Irjen Arman Depari sebagai Ayahnya agar terhindar dari razia bisa dibilang biasa kita dengar sehari-hari. Apalagi Sonya masih belia, bisa dibilang perilaku arogan Sonya Depari masih bisa dimaklumi dan diperbaiki dan bukan perilaku yang gawat.

Yang justru sangat disayangkan adalah sikap netizen yang secara komunal membully Sonya hingga menimbulkan kematian pada Ayahnya, Makmur Depari (Adik dari Irjen Arman Depari). Sikap bullying merupakan bentuk penyiksaan secara verbal, menimbulkan luka yang dalam hingga sering menimbulkan kematian. Inilah  sikap tidak terpuji yang jauh lebih amoral daripada sekedar ngaku-ngaku anak Jendral.

Sebagian Netizen beranggapan bahwa membully merupakan cara mendidik, agar yang bersangkutan bisa berprilaku lebih baik, dan sebagai peringatan bagi siapa saja yang arogan dan sombong, logika seperti ini dalam pendidikan tidak dapat diterima. Seseorang yang menjadi korban bully secara psikologis akan terganggu, korban akan merasa takut dan sedih jika terjadi terus-menerus akan menimbulkan rasa cemas dan terkekan, hingga yang paling parah bisa menimbulkan trauma dan tekanan jiwa berkepanjangan. Apakah mendidik yang dimaksud tujuan akhirnya memberikan tekanan jiwa berkepanjangan, atau membuat manusia berkembang menjadi lebih baik?

Netizen seperti sudah terbiasa memanfaatkan layanan media sosial menjadikan sebuah fenomena sosial menjadi viral secara tidak bertanggung jawab. Bullying pada seseorang di media sosial bukan hanya berdampak pada yang bersangkutan, tetapi juga pada ayahnya, ibunya, adiknya, kakaknya, dan keluarganya. Secara sadar membully berarti menyiksa Sonya sekeluarga, jauh lebih kejam dari sekedar ngaku anak Jendral.

Jika mendapatkan sebuah meme, berita online, video yang menjadi viral baiknya dipikirkan dahulu sebelum disebarkan. Seringkali kita beranggapan bahwa me-repost sebuah berita, meme, video merupakan hal yang sepele. Menyebarkan infromasi di media sosial harus dilandasi rasa bertanggung jawab atas apa yang kita sebarkan.

Untuk kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh anak di bawah umur baiknya wajah dan identitas tidak ditampilkan, karena apapun alasannya, anak adalah korban, lebih penting menyelamatkan masa depannya dari rasa malu, depresi, akibat bullying daripada memenuhi hasrat kita menghujat dan menghakimi. Kecuali jika kita yakin tidak pernah berbuat salah selama hidup. 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline