Tradisi Selamatan Suroan ini dilaksanakan oleh seluruh anggota perkumpulan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate di cabang Jember pada malam satu Suro.Tradisi ini dilaksanakan untuk mempererat rasa persaudaraan antara anggota dan bakti kepada organisasi untuk menjaga dan melestarikan budaya yang ada didalamnya. Juga untuk mengingat akan pengejawantahan napak tilas keprihatinan leluhur dalam mengemban tugas moral untuk membumikan kebaikan atau dalam bahasa Setia Hati Terate-nya memayu hayuning buwono, yaitu kebaikan kepada segenap penghuni bumi/alam semesta.
Adapun bentuk perlengkapan selamatan yang digunakan berupa sesajen/ubo rampe di antaranya buceng slamet, bubur asyuro, kembang telon, jajan pasar, jenang abang jenag putih dan pisang raja. Sedangkan untuk tatacara pelaksanaannya diawali dengan puter gelang mengelilingi kampung pada jam vi 00:00 (dua belas malam) dengan melakukan tiga hal yaitu meneng, melaku dan melek.
Setalah itu beranjak pada selamatan yang dipimpin oleh ketua cabang, adapun tatacara selamatan mencakup pembacaan kalam ilahi, renungan/nasehat, dan ditutup dengan do'a bersama yang dipimpin oleh ketua cabang. Dari data yang sudah peneliti peroleh, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa tradisi Selamatan Suroan merupakan bentuk kebudayaan yang dilakukan oleh perkumpulan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate dalam menyambut bulan Suro, dimana tradisi ini sebagai bentuk kegiatan rutin tiap tahun untuk mempererat rasa persaudaraan antara anggota, loyalitas dan mengingat leluhur dalam mengemban tugas moral untuk membumikan kebaikan atau memayu hayuning buwono.
Adapun bentuk peralatan yang digunakan dalam tradisi Selamatan Suroan ini serupa dengan kebudayaan ajaran Kejawen ataupun Islam tradisional yang menjadi wujud pendekatan diri kepada tuhan dengan cara vertikal dan horizontal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H