Lihat ke Halaman Asli

Najib Ali

Mahasiswa

Peran Pemimpin dalam Mencegah Karyawan dari Tipe Y Berubah Ke Tipe X

Diperbarui: 4 Oktober 2024   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Dalam sebuah organisasi terjadi interaksi antara orang-orang yang menjadi bagian di dalamnya, seperti hubungan antara seorang pemimpin dengan bawahannya, dimana keduanya bekerja sama untuk melaksanakan tugas yang direncanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Tugas seorang pemimpin meliputi merencanakan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan organisasi. Salah satu tanggung jawab utama seorang pemimpin adalah memastikan tercapainya kinerja karyawan sehingga pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi yang dipimpinnya (Fazrien, 2014). 

Pemimpin yang baik menjalankan tugas dan wewenangnya serta melaksanakannya dalam organisasinya. Ada lima peran seorang pemimpin diantaranya adalah motivator, pengarah, pengawas, komunikator dan yang terakhir, seorang pemimpin harus mampu memecahkan permasalahan organisasi untuk menemukan jawaban yang tepat terhadap permasalahan yang muncul.

Dalam suatu organisasi, motivasi merupakan salah satu faktor utama yang menentukan apakah individu atau kelompok dapat mencapai produktivitas yang efektif dalam bekerja. Apabila motivasi para anggota organisasi meningkat, maka produktivitas kerjapun meningkat. Sebaliknya, jika motivasi menurun, produktivitas kerja juga akan berkurang. 

Belakangan ini para pegawai mengalami penurunan semangat atau motivasi dalam bekerja sehingga berdampak pada menurunnya produktivitas mereka. Beberapa faktor penyebab fenomena ini patut menjadi perhatian para pemimpin organisasi atau lembaga. Manajer harus mencari cara untuk memotivasi karyawan agar produktivitas kerja meningkat dan tercipta kepuasan kerja (Munir, 2022).

Seorang pemimpin juga harus bisa menghargai kinerja karyawan supaya karyawan merasa bangga bahwa kinerjanya di apresiasi oleh atasanya yakni pemimpin. Jika seorang pemimpin tidak bisa menghargai atas kinerja karyawan maka karyawan akan semakin malas dalam bekerja, karena karyawan berpikir bahwa selama ini dia bekerja tidak merasakan kepuasan di karenanya kurangya apresiasi oleh atasan dan juga karyawan terkadang dalam bekerja di dalam suatu perusahaan ada pemimpin yang terlalu ketat dalam mengawasi karyawan alhasil karyawan merasa tidak nyaman. Karyawan yang tadinya giat bekerja atau lebih di kenal dengan karyawan tipe Y tidak di hargai oleh atasanya dalam bekerja akhirnya si karyawan tipe Y yang suka bekerja ini berubah menjadi tipe x yang tidak menyukai bekerja.

Menurut McGregor, teori motivasi ini mengemukakan dua pandangan kontras tentang manusia: pandangan negatif, yang disebut Teori X, dan pandangan positif, yang disebut Teori Y. McGregor mengamati interaksi antara manajer dan karyawan, dan menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan pada sejumlah asumsi. Manajer biasanya membentuk perilakunya terhadap bawahan berdasarkan asumsi-asumsi ini. Dalam Teori X ada empat asumsi utama: pertama, karyawan cenderung tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya jika memungkinkan. 

Kedua, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diberi ancaman agar mencapai tujuan. Ketiga, karyawan lebih suka menghindari tanggung jawab dan mencari arahan formal. Keempat, mereka lebih mengutamakan rasa aman dan memiliki ambisi yang terbatas. Sebaliknya, Teori Y menawarkan empat pandangan yang berbeda: pertama, karyawan bisa memandang pekerjaan secara alami, seperti halnya istirahat atau rekreasi. Kedua, mereka akan bersikap mandiri jika berkomitmen terhadap tujuan. Ketiga, individu dapat belajar menerima dan bahkan menginginkan tanggung jawab. Keempat, kemampuan untuk membuat keputusan inovatif tersebar luas, bukan hanya dimiliki oleh para pemimpin (Kadji, 2012).

Pembahasan

Kita memahami bahwa karyawan tipe X muncul dari peralihan yang awalnya merupakan tipe Y, tetapi berubah menjadi tipe X karena kurangnya apresiasi dari pimpinan perusahaan. Di sinilah peran penting kepemimpinan dalam organisasi, di mana seorang pemimpin harus mampu memberikan apresiasi kepada karyawan agar mereka semakin bersemangat dan terbuka menerima masukan dari anggotanya. Jika masukan dari anggota diterima oleh atasan, karyawan tersebut juga akan merasa dihargai. Untuk mengatasi masalah yang dijelaskan di atas, di mana karyawan tipe Y yang semula antusias bekerja berubah menjadi tipe X, langkah-langkah yang dapat diambil antara lain: pertama, memberikan apresiasinya kepada karyawan yang telah bekerja dengan baik. 

Dengan motivasi yang diberikan, karyawan akan semakin bersemangat dalam bekerja. Kedua, hindari memberikan target yang terlalu tinggi, karena target yang terlalu tinggi dapat memberikan tekanan mental pada karyawan, membuat mereka enggan bekerja. Ketiga, ciptakan lingkungan kerja yang positif, karena lingkungan yang positif di tempat kerja akan membuat karyawan merasa nyaman. Hindari pengawasan yang terlalu ketat, karena pengawasan yang berlebihan justru membuat karyawan merasa tidak nyaman dan tertekan. Keempat, berikan bonus, karena dengan adanya bonus, karyawan akan semakin termotivasi untuk bekerja lebih baik, merasa diperhatikan oleh pemimpin perusahaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline