Lihat ke Halaman Asli

Membangun Solidaritas Sosial: Silaturahmi dan Observasi Mahasiswa KKM Kelompok 150 dalam Mencegah Kemiskinan Ekstrem melalui UMKM Ayam Petelur

Diperbarui: 4 Februari 2024   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKM Reguler Kelompok 150 Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang 

Dalam era globalisasi dan modernisasi seperti saat ini, permasalahan kemiskinan tetap menjadi tantangan serius yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Kemiskinan bukan hanya sekadar masalah ekonomi, tetapi juga merupakan dampak dari ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial. Oleh karena itu, upaya untuk memerangi kemiskinan harus melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga akademis dan mahasiswa. Tulisan ini akan membahas langkah-langkah mahasiswa Kelompok Kuliah Mahasiswa (KKM) Kelompok 150 dalam mencegah kemiskinan ekstrem melalui silaturahmi dan observasi terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) peternakan ayam petelur di Desa Kemulan.

Silaturahmi dan Observasi: Pilar Penting dalam Pemberdayaan

Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui UMKM menjadi fokus utama dalam upaya memerangi kemiskinan ekstrem. Kelompok Kuliah Mahasiswa (KKM) Kelompok 150 memilih pendekatan yang inklusif dengan melibatkan silaturahmi dan observasi sebagai langkah awal dalam mewujudkan pemberdayaan tersebut. Silaturahmi di sini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan merupakan ikatan sosial yang erat antara mahasiswa dan masyarakat Desa Kemulan. Observasi juga dijadikan alat untuk memahami secara mendalam kondisi UMKM peternakan ayam petelur dan potensinya dalam mengurangi kemiskinan.

Analisis Kontekstual Desa Kemulan

Sebelum melibatkan diri dalam kegiatan silaturahmi dan observasi, KKM Kelompok 150 melakukan analisis kontekstual terhadap Desa Kemulan. Analisis ini melibatkan pemahaman mendalam terkait struktur sosial, ekonomi, dan budaya di desa tersebut. Hasil analisis ini memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Pemahaman ini menjadi dasar dalam merancang strategi dan program pemberdayaan yang tepat sasaran.

Manfaat Silaturahmi sebagai Bentuk Solidaritas Sosial

Silaturahmi yang dibangun oleh mahasiswa KKM Kelompok 150 bukan sekadar pertemuan formal, tetapi merupakan bentuk solidaritas sosial yang memiliki dampak positif dalam memerangi kemiskinan ekstrem. Silaturahmi menciptakan ikatan emosional dan interpersonal antara mahasiswa dan masyarakat, membangun kepercayaan dan saling pengertian. Solidaritas sosial yang terjalin menjadi fondasi kuat dalam menjalankan program pemberdayaan, karena masyarakat merasa didukung dan memiliki stakeholder yang peduli terhadap kesejahteraan mereka.

Observasi sebagai Alat Analisis

UMKM Peternakan Ayam Petelur

Observasi terhadap UMKM peternakan ayam petelur di Desa Kemulan menjadi langkah selanjutnya setelah silaturahmi. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami secara rinci operasional UMKM, kendala yang dihadapi, dan potensi pengembangan yang dimiliki. Mahasiswa melakukan observasi secara langsung terhadap proses produksi, manajemen keuangan, dan strategi pemasaran yang digunakan. Hasil observasi ini menjadi dasar untuk merumuskan rekomendasi dan strategi yang lebih konkret dalam mendukung pengembangan UMKM tersebut.


Implikasi Kebijakan dan Program Pemberdayaan

Hasil observasi terhadap UMKM peternakan ayam petelur memberikan pemahaman mendalam terhadap kondisi ekonomi masyarakat Desa Kemulan. Implikasi dari pemahaman ini adalah perlu adanya kebijakan yang mendukung pengembangan UMKM, terutama dalam hal pembiayaan, pelatihan keterampilan, dan pemasaran produk. Sehingga, hal tersebut dapat mendukung pemberdayaan UMKM peternakan ayam petelur, sejalan dengan upaya pencegahan kemiskinan ekstrem.

Refleksi dan Pembelajaran

KKM Reguler Kelompok 150 Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang 


Proses silaturahmi dan observasi yang dilakukan oleh KKM Kelompok 150 menghasilkan sejumlah refleksi dan pembelajaran yang berharga. Pertama, pentingnya pendekatan partisipatif dalam merancang dan menjalankan program pemberdayaan. Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan akan meningkatkan peluang kesuksesan program. Kedua, perlu adanya pendekatan yang kontekstual dan adaptif, karena setiap desa memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline