Lihat ke Halaman Asli

Najah Jelita

Mahasiswa

Intip Bagaimana Sejarah Sastra Berperan dalam Lingkungan Pondok Pesantren

Diperbarui: 10 Juni 2022   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pondok pesantren merupakan tempat yang dikenal sebagai salah satu pusat sarana pembelajaran berbasis agama. Tempat ini menjadi tempat khusus bagi kaum muslim untuk mempelajari seluk-beluk tentang ilmu agama islam. Berbagai pembelajaran mengenai agama islam dipelajari dan dibahas disana. 

Mulai dari pembelajaran kitab kuning yang mempelajari makna-makna dari kitab karangan ahli agama, Ilmu Tajwid yang mempelajari tentang tata cara membaca Al-Qur'an yang baik dan benar, sampai dengan ilmu bahasa yang mempelajari tentang berbagai bahasa di dunia. Diantara bahasa yang dominan dipelajari dalam lingkungan pondok pesantren yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris, serta bahasa Indonesia.

Dalam mempelajari bahasa Indonesia, sastra sangat berperan penting untuk membentuk karakter bahasa yang baik dan memiliki keindahan. 

Menurut Mursal Esten Sastra atau kesusateraan adalah pengungkapan dari fakta artistic adan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). 

Sastra sendiri memiliki arti yaitu ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif, cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa. 

Secara singkat dapat diartikan sastra adalah bentuk suatu karya yang sangat indah baik itu secara lisan maupun tulisan. Sastra sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu prosa dan puisi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam lingkungan pondok pesantren terdapat banyak sekali hal- hal mengenai sastra, mulai dari pembelajaran lewat buku atau kitab yang terdapat kata sastra, pidato yang sering diadakan menggunakan bahasa sastra, sampai dengan lantunan puisi bertema agama dengan kata-kata indah. 

Banyak santri (murid dipondok pesantren) yang menulis sebuah buku untuk diterbitkan dan memasukan sastra ke dalam karyanya. Tak jarang karya yang terbit meluas sampai ke Mancangera, mulai dari benua Asia,  benua Australia, benua Eropa bahkan sampai benua Amerika. 

Bahkan banyak santri yang mengikuti dan menjuarai lomba serta ajang-ajang nasional berkaitan dengan karya sastra. Ini membuktikan bahwa sastra memiliki pengaruh penting di dalam kehidupan pondok pesantren. Lantas, bagaimanakah awal mula karya sastra di ciptakan?

Nah, dalam hal ini sastra juga memiliki sejarah dalam setiap perkembangannya. Dimana perkembangan sastra dimulai pada beberapa periode sebelum periode pasca orde kemerdekaan. Secara waktu, adanya sastra dimulai pada masa periodisasi angkatan Pujangga Lama dimana pada masa itu karya sastra didominasi oleh pantun, syair, hikayat serta gurindam. Lalu yang kedua yaitu periodisasi angkatan Sastra Melayu Lama dimana pada masa itu karya sastra juga tak jauh beda dengan angkatan Pujangga Lama yang didominasi oleh pantun, syair, hikayat serta gurindam. 

Ketiga yaitu periodisasi angkatan Balai Pustaka dimana angkatan ini dimulai pada sekitar tahun 1920 -1932. Prosa dan puisi sudah mulai memasuki dan menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat pada zaman ini. Angkatan ini dikenal dengan sebutan "Angkatan Siti Nurbaya" karena pada saat itu salah satu novel karya Marah Rusli berjudul Siti Nurbaya merupakan puncak dari karya sastra pada zaman tersebut. keempat yaitu periodisasi angkatan Pujangga Baru dimana sastra semakin berkembang dan dikenal luas terutama dibidang kepuitisan yang menjadi alasan utama dari periodisasi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline