Lihat ke Halaman Asli

Matilah!

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ku tadah empu

Asbak, cinta dan darah

Empu, aku heran menyala di dada

Empu, aku tergodam palu tepat di palungku

Aku siksa batin

Sekejap nista rutin

Singgah dalam puntung rokok

Entah

Waktu

Meraja

Degup

Oh, bulan

Di gundukkan tanah

Aku bunuh diriku

Kelam keram

Binasa tak bermakna

Dendam membara dalam sekam

Bangkitkan aku, waktu

Derukan derap langkah pemburu

Terabas jahanam menggilas manja-manja jendela

Sapu ginju malu-malu

Hajar bedak pura-pura menegak

Sialan! Aku oleng

Sayup bunyi setan merayu

Dalam rentang lama aku tak ada di sana

Di mana hantuku?

Ah, merah masih menyala

Tersisa di bagian keranda

Tidak!

Jangan ucap aku

Jangan sebut daku

Tiarap!

Sunyi hendak menembak

Laknat!

Aku bilang jangan khianat

Ini negeri, ini berdaulat

Kau bukankah kau telah tiada?

Aku telah tidak ada

Kini kembali pada sewujud

Apa pantas disebut-sebut hidup

Dan …

Manusia?

Atau zombie merangkak

Kembali berbiak

Di ubun-ubun ketus kalimat

Menanak dan masak

Lalu abu

Gosong dimakan jam-jam

Tetapi, simak!

Gelegat makhluk tak tahu diri ini

Masih menggeliatkan pagi

Dan memutar weker

Membunyikan nyanyian cekam

Dalam kamar sempit

Saling berhimpit

Hidup mati sengit membelit

_________oktober dua kosong satu kosong__________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline